Monday, March 31, 2008

Knife Fighting Konsep

- Knife fighter kadang tidak menampakkan bahwa dia memengang pisau, dg anggapan kalau dia pamer senjatanyah ini jadi konyol, lawan langsung ngacir, atau mempersiapkan diri dengan lebih bagus.

- Knife fighter akan selalu berusaha membuat tangan berpisau dekat dg badan, karena ini akan menyembunyikan range dan lengan tidak gampang di slash pisau lawan ataupun didissarming.

- Biasanyah mereka akan memakai Figure-8 dimana akan lebih menyulitkan lawan mendisarm atau menebak timing.

- Biasanya mereka lebih memakai stance boxing, dan betul2 memperhatikan anggota badan (tangan & kaki), mereka tau anggota badan yang terlalu didepan akan rawan terkena serangan.

- Dia selalu berdiri diluar range pisau lawan, sampai benar2 yakin untuk masuk ke daerah itu (saat lawan melakukan eksekusi)

- Knife fighter akan selalu ingat, jika merasa cukup untuk menjangkau lawan, sebaliknya juga cukup bisa untuk dijangkau.

- Serangan utama knife fighter bukan harus pada torso.

- Knife fighter punya cukup speed, dimana diperlukan banget untuk memperoleh timing yang tepat.

- Knife fighter bener2 mempunyai grip atau cara pegang pisau yang bagus. Grip yang salah akan menyebabkan pisau lepas saat terjadinyah slash.

- Knife fighter yang thrust dg grip yang salah, kemungkinan yang terjadi adalah pisau bisa tertinggal pada badan lawan. atau tangan dia sendiri terluka oleh mata pisau.

- Knife fighter tidak mululu menyerang dengan seranga yang mudah dipatahkan atau di block kemudia di counter, misalnyah sungkiti (#5) secara horizontal dan serangan ark dari secara rumpida downward (#1, #8, #11)

- Knife fighter mempunyai banyak tipuan untuk menghindarkan tangkapan lawan terhadap tangannya, bahkan mereka kadang malah membuat pancingan2 untuk ditangkap.


Note:
Semua hanyah "life style" bila anda lakukan beneran, anda siap2 berurusan dg hukum, atau masuk rumah masa depan 1m x 2m, dg hiasan batu nisan.

Membela diri dengan psikologi

Ijinkan saya berbagi sebuah kisah ...

Ini kisah nyata dari seorang pendekar di salah satu perguruan silat di Indonesia..

Waktu peristiwa ini terjadi beliau sedang berdinas di salah satu instansi listrik milik negara di Kalimantan.

Suatu waktu terjadi keributan yang dipicu oleh seorang supir truk..yang pada waktu itu dalam keseharian memang umum membekali diri dengan keris sebagai kawan dalam perjalanan.. Supir ini merasa tidak puas dan mendatangi kantor sang pendekar sambil ngamuk-ngamuk menantang staff dan karyawan yang ada dikantor itu.

Sang pendekar mencoba menengahi dan melerai keributan yang terjadi.. namun apanyana beliau malah ditantang dan dihina habis-habisan sehingga mau tidak mau harus meladeni supir kalap yang sudah gelap mata ini.. sebelum bertarung beliau minta ijin dulu kepada si supir untuk mengambil senjata dari kantornya supaya pertarungan berjalan adil dan disetujui oleh si supir...

Beliau masuk ke ruang atasannya dan meminjam penggaris plastik kepada atasannya.. Atasannya yang terheran-heran memberikan saja penggaris tersebut kepadanya.. dan semakin heran saja.. ternyata penggaris itu oleh sang pendekar malah dipatahkan sepertiga bagiannya.. sehingga membentuk ujung yang runcing seperti pisau

"loh.. ini bagaimana..? dipinjemin penggaris ko malah dipatahin..?" tanya siatasan..

"saya butuh penggaris ini buat ngelawan supir kurang ajar itu.. kalau toh sisupir mati saya ga akan kena penjara..wong saya beladiri pake penggaris thok.." kata sang pendekar sambil cengengesan..

Si atasan hanya bisa melongo menghadapi bawahannya yang sudah siap bertarung sampai mati itu..

Saat sang pendekar sudah berada diluar.. si supir melihat penggaris yang dibawanya dan menanyakan..apa gerangan yang sedang dia pegang..?

Sang pendekar menjawab.. "ini senjata saya.. kalo ternyata kamu nanti mati di tangan saya.. saya ga takut masuk bui.. karena cuma membeladiri dengan penggaris ini.."

Si supir yang mendengar gertakan sang pendekar kecut hatinya dan akhirnya melunak.. mengatakan bahwa dia sebetulnya hanya datang untuk menyelesaikan masalah administrasi dikantor tersebut.. dan akhirnya mau berdiskusi dengan jalan damai..

tidak ada yang mati.. tidak ada yang kalah.. semuanya menang..

Belajar beladiri tidak berarti harus mengalahkan.. belajar beladiri memiliki tujuan mencapai keselamatan bagi diri kita.. dengan berbagai cara.. salah satunya silaturahmi.. tutur sikap.. tata krama.. ketegasan.. jiwa ksatria dan jika diperlukan..pertarungan sampai mati.. namun jika mana pertarungan hanyalah menjadi bibit dendam dan kesengsaraan.. membuat hidup kita tidak tenang karena sering ditantang orang.. apakah ini yang kita inginkan..?

Inilah contoh beladiri yang sempurna.. dari seorang pendekar.. seorang ksatria.. ksatria Indonesia..

Salam

Saturday, March 29, 2008

Datuk di Filipina

Datu atau datto ialah gelar untuk ketua sesuatu kaum atau raja di Filipina sebelum dijajah oleh Spanyol. Gelar ini masih digunakan oleh keturunan mereka di Filipina. Kata "datu" ini berdasarkan perkataan "datuk", suatu gelar yang masih digunakan di Malaysia, Brunei dan Indonesia. Mitos kedatangan 10 orang "datu" dari pulau Borneo dirayakan setiap tahun di Perayaan "Binirayan" di Pulau Panay, yang pada zaman silam dikenali sebagai "Aninipay".

Dalam struktur masyarakat Muslim Filipina, Sultan merupakan kedudukan yang tertinggi, lemudian diikuti oleh datu. Kebesaran seorang datu diukur dari jumlah pengikutnya. Peranan datu adalah penting dalam masyarakat Muslim Filipina. Pada zaman silam, mereka mengetuai penyerangan ke kampung-kampung yang lain sebagai balas dendam (mempertahankan martabat) untuk kematian salah satu anggota suku atau jika ada pelanggaran kehormatan. Pada masa kini, datu masih berperanan sebagai ketua masyarakat Islam di Mindanao dan mentahbiskan hukum Shariat. Dukungan dari para datu ini adalah penting untuk menjalankan program-program kenegaraan pada masa kini di dalam masyarakat Islam di sana.

Lapu-Lapu (atau nama lainnya Kalifah Pulaka) (1491–1542), adalah seorang datu atau kepala suku Muslim dari pulau Maktan di Filipina. Ia dikenal sebagai orang Filipina pertama yang menentang pengaruh kolonial Spanyol, dan kini dianggap sebagai pahlawan nasional Filipina yang pertama juga dianggap sebagai Father of FMA.

Pada pagi hari tanggal 27 April 1521, Lapu-Lapu bersama rakyat pulau Maktan, dengan bersenjata tombak dan kampilan (sejenis parang) berperang menghadapi tentara Spanyol yang dipimpin oleh kapten Ferdinand Magellan. Dalam perang yang dikenal sebagai Perang Maktan tersebut, Magellan dan beberapa anak buahnya terbunuh.

Sebagai penghormatan atas keberaniannya, rakyat Cebuano mendirikan patung Lapu-Lapu dan mengganti nama kota Opon di Cebu menjadi Kota Lapu-Lapu.

Tuesday, March 25, 2008

Pertemuan Pelatih Se-Indonesia di Kediaman Pembina TS Jukong Bangkalan Madura

Kami dari Pelatih Cabang Bekasi dan Jakarta yang diwakili ( Bapak Karsono, Bapak Sjaffari, Muhammad Yusuf, Teguh Widjonarno, Bapak Buyung Dahra, Bapak Slamet, Bapak Kodir, Awaluddin, Bapak Tarly, dan 2 orang dari cabang Jakarta..admin lupa namanya ..hehee..:) maaf..berangkat dari Terminal Pulogadung Kira-kira jam 1-an gitu..deh..dan tiba di Madura kira2 jam 8 pagi dengan naik Bis Kramat Jati..

Basic Knife Defense - Last Resort Tactic

Basic Knife Defense – Last Resort Tactic

Salam kesatria dan salam pendekar!

Posting saya kali ini mengangkat seputar pertahanan diri tangan kosong melawan senjata tajam. Memang dalam posting saya yang sebelumnya saya sempat sharing bahwa habit sehari-hari pun dalam konteks self defense atau personal protection saya mengikuti prinsip Visa yaitu: ”Never leave home without it (firearm/ knife/ impact tool etc)”, namun adapun beberapa tempat yang tidak memungkinkannya akses ke tools tersebut dan sebagai metode last resort, adapun teknik-teknik tangan kosong yang harus digunakan untuk menetralisir bahaya yang ada.

Harap di ingat bahwa teknik tangan kosong secara prinsip dalam sebagian besar seni bela diri adalah teknik last resort yang secara teknis digunakan untuk menghentikan threat yang ada dan secara taktis melalui eksekusi teknik tersebut memberikan kita kesempatan untuk men deploy senjata kita sendiri atau senjata improvisasi (improvised weapon), atau merebut senjata lawan sehingga peluang survival atau menang kita bertambah.

Sebagai catatan tambahan perlu juga saya garis bawahi bahwa metode defense yang saya demonstrasikan di sini bersifat sangat dasar (basic) dan hanyalah satu atau dua alternatif sederhana dari sekian banyaknya teknik-teknik knife defense yang efektif khususnya dari aliran Silat, Kali atau FMA (Filipino Martial Arts). Oleh karena itu mengingat di forum ini cukup banyak ahli-ahli senjata jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi dan bertanya langsung kepada mereka dan meminta saran atau perspektif mereka seputar knife defense.

Akhir kata sebelum saya pamit saya akan berbagi dengan teman-teman beberapa fakta seputar knife defense yang saya kutip dari buku ”Staying Alive” karya James LF.

Salam kesatria dan salam pendekar!

98 percent of blade users are untrained in any fighting system, and 99 percent are untrained with the blade: Mengingat konfrontasi bersenjata (tajam) dalam konteks sehari-hari kemungkinan besar adalah individu yang mabuk (intoxicated), terbakar emosi (kalap) dan bukan seorang knife fighter. Insting alami memegang pisau dalam keadaan stress seperti yang disebutkan diatas umumnya adalah reverse grip dan juga umumnya angle of attack nya committed (wide) berbeda dengan expert knife fighters yang bergerak ”minim” untuk sengaja memposisikan atau memancing lawan ke posisi ”mati”

An overhand stab is five times more likely than other stabs to strike the head or face. – Insting alami seseorang dalam keadaan psikologis atau emosional yang stress adalah mengayunkan tangan dari arah atas ke bawah atau yang di dalam seni bela diri Filipina disebut sebagai angle satu. Menariknya setelah mempelajari metode Floro, umumnya jika seorang praktisi sudah mempunyai pengetahuan tentang angle of attack pisau; aplikasi defense justru lebih universal karena setiap serangan cukup di identifikasi dari angle of attack nya.

In reality, between five and 15 wounds are typical in incidents in which the reverse grip is used.- Jika anda memperhatikan baik-baik karakteristik luka tusukan yang terjadi di jalanan atau berita kriminal di kolom koran, hampir sebagian besar kasus tusukan adalah tusukan multiple yang bertubi-tubi atau berkali-kali. Suatu kondisi yang kerap terjadi karena tingkat emosi yang begitu tinggi dari pelaku sehingga daerah tusukannya sering sekali overlap pada daerah yang sama.

-ueno-



Monday, March 24, 2008

Photo Bersama Bapak Pembina

Pertemuan Seluruh Pelatih Tiga Serangkai se-indonesia di kediaman Bapak Pembina. Desa Jukong, Bangkalan Madura tanggal 22 - 23 Maret 2008.

Saturday, March 22, 2008

Afiliasi Stick Fighting Blitar Club


Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini, Kami Club Stick Fighting Blitar memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa mendapatkan afiliasi dengan Cacoy Doce Pares - Combined Martial Arts Academy Indonesia. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Grand Master Cacoy Canete.
2. Grand Master Glen Gardiner.
3. Grand Master Martin Gardiner.
4. Grand Master Vincent Palumbo.
5. Grand Master Anthony Kleeman.
6. Master Chuck Canete
7. Master John John Mac.
8. Master Bajraktarveric Hayward
9. Master Anton St James.
10. Master John Brindley.
11. Master Drew Lambert.
12. Rekan Irwan Hermawan.
13. Rekan Ainur Budiono.
14. Rekan Ajie Prasetyo.
15. Rekan Agung Budi Yono.
16. Segenap rekan CMAA Indonesia.
17. Segenap rekan Kaskuser Forum MA.
18. Segenap rekan Pecinta Seni Beladiri Blogspot.
19. Segenap rekan Multiply.

Dan kepada semua pihak yang turut andil dan berperan serta mendukung untuk semuanya bisa terwujud. Mohon maaf bila ada kata2 yang kurang berkenan, Semoga kehadiran Stick Fighting Club Blitar bisa meramaikan dam memajukan Olahraga Indonesia khususnya di bidang Beladiri.

Salam,

Ir. Tonny Soeharto

Arnis Eskrima Kali FMA (Filipino Martial Arts)

Wednesday, March 19, 2008

Beladiri dan Kekerasan

Pake analogi aja yah :D

pada suatu ketika, ada seorang anak SMA bernama Kenichi yang sering dibully oleh teman-temannya, dia lalu masuk dojo karate dan berharap tidak dibully lagi. Disana dia malah diusir oleh temannya karena dianggap lemah. Dia lalu menantang bertarung temannya itu 1 bulan kemudian, lawannya menyanggupi.

Ditengah kebingungan karena ga tau harus bagaimana, dia diajari bertarung oleh teman sekelasnya, yang notabene punya dojo MA yg dikelola kakeknya. Kenichi berlatih dan akhirnya memenangkan pertarungan, tapi karena sang lawan ga puas, mereka lalu datang lagi di kemudian hari dan mengeroyok Kenichi. Hal ini terus berulang, sampai akhirnya Kenichi bertanya pada dirinya "sepertinya saya sudah menjadi preman seperti mereka".

Kenichi lalu mengutarakan keinginannya untuk keluar dari dojo dan berhenti bertarung, tetapi dia juga tidak ingin keluarganya terancam oleh orang-orang yang ingin balas dendam sama dia. Sang guru lalu berkata

"Kenichi, kenapa kamu anggap dirimu preman?"

"Saya merasa kalau saya bertarung terus tanpa henti dan merasa jadi mahluk yang hanya memikirkan kekerasan"

"Kenichi, manusia dianugrahkan kemampuan yang lebih diantara mahluk lain, kekuatan dan kemampuan manusia terserah pada manusianya itu sendiri, bila ditangan orang yang salah maka akan menjadi "kekerasan", dan di tangan yang benar sebutan umumnya adalah "martial arts"..."

Kenichipun kembali meneruskan latihannya, dan akhirnya akan dikenal dunia sebagai "History Strongest Diciple Kenichi"

maap kalo postingannya ngawur.....:D

terinspirasi dari http://www.onemanga.com/Historys_Strongest_Disciple_Kenichi/ dan blog bro kingindian :D

Monday, March 17, 2008

Sisi Lain


Saat berhadapan dengan seseorang, kita mungkin menilai dari fisiknya atau tingkah lakunya. Penilaian yang singkat, tidak jarang menyesatkan kita. Apalagi bila orang yang kita amati tampak "bodoh" atau lemah.

Toh siapa sangka si "bodoh" dan lemah pada akhirnya keluar menjadi juara. Seperti kata pepatah "dont judge a book by its cover"....

Pada video yang bisa didownload di bawah, tampak kelucuan dari seorang petarung.....namun kelucuan tentunya tidak membuat seseorang menjadi kalah

funnyboxer

download dari link di atas...file WMV, ukuran hanya 1,5Mb

Saturday, March 15, 2008

Undangan Resmi dari Bapak Pembina TS

Haloo..sahabat TS diseluruh Penjuru Tanah Air.. :) hehe..belum lama ini saya terima dari TS Pusat bahwa bapak Pembina Drs.Ec. Sugiyanto mengundang kepada seluruh Pelatih Tingkat III, IV, V, VI, dan seterusnya agar hadir datang dan bersilturahim ke Tempat Bapak Pembina di Desa Jukong Bangkalan Madura..menurut beliau para pelatih akan diberikan Amanah dan Penyegaran terutama di dalam Kemampuan dan

Friday, March 14, 2008

Silat Betawi Sabeni dari Tenabang

Masih ttg beladiri tanah air, kali ini tulisan mas Eko Hadi Sulistia, Bravo Pencak Silat Indonesia!!

Tanah Abang, yang merupakan salah satu sentra perdagangan di Ibukota Jakarta dikenal sebagai salah satu sentra grosir pakaian yang terbesar di Indonesia bahkan ada yang berpendapat terbesar di Asia Tenggara.

Selain terkenal sebagai sentra perdagangan tekstil, Tanah Abang juga dikenal sejak dulu sebagai salah satu tempat yang melahirkan jago-jago silat (“maen pukulan”) salah satunya adalah Sabeni yang merupakan tokoh Betawi yang dikenal dengan jurus kelabang nyebrang dan merak ngigel. Jurus-jurus aliran Sabeni terkenal karena kecepatan dan kepraktisannya. Salah satu ciri khasnya adalah permainan yang rapat dan gerak tangan yang sangat cepat. Jurus-jurus aliran Sabeni apabila ditelaah lebih jauh merupakan aliran yang mengutamakan penyerangan dan tidak memiliki kembang dan murni untuk beladiri, berbeda dengan aliran Betawi lainnya yang dapat dipergunakan untuk tarian/ngibing.

Sabeni lahir sekitar tahun 1860 di Kebon Pala Tanah Abang dari orang tua bernama Channam dan Piyah. Sabeni namanya mulai mengemuka setelah Sabeni mampu menghadapi salah satu Jago daerah kemayoran yang berjuluk Macan Kemayoran ketika hendak melamar puteri si Macan Kemayoran untuk dijadikan isteri. Selain itu Peristiwa-peristiwa lainnya antara lain pertarungan di Princen Park (saat ini disebut Lokasari) dimana Sabeni berhasil mengalahkan Jago Kuntau dari Cina yang sengaja didatangkan oleh pejabat Belanda bernama Tuan Danu yang tidak menyukai aktivitas Sabeni dalam melatih maen pukulan para pemuda Betawi dan yang sangat fenomenal adalah ketika Sabeni dalam usia lebih dari 83 tahun berhasil mengalahkan jago-jago beladiri Yudo dan Karate yang sengaja didatangkan oleh penjajah Jepang untuk bertarung dengan Sabeni di Kebon Sirih Park (sekarang Gedung DKI) pada tahun 1943 atas kemenangannya Sabeni dibebaskan dan diberi hadiah satu dus kaos singlet dan satu dus handuk.

Sampai usia 84 tahun Sabeni masih mengajar maen pukulan (beliau mengajar hampir keseluruh penjuru jakarta bahkan untuk mendatangi tempat mengajar beliau biasanya berjalan kaki), sampai meninggal dunia dengan tenang dan didampingi oleh murid dan anak-anaknya pada hari Jumat tanggal 15 Agustus 1945 atau 2 hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam usia 85 Tahun, beliau dimakamkan di Jalan Kuburan Lama Tanah Abang, yang lalu atas perjuangan Bapak M. Ali Sabeni salah satu putera beliau oleh pemerintah daerah DKI diganti menjadi Jalan Sabeni.

Saat ini aliran Sabeni dilestarikan oleh anak dan keturunan dari Sabeni dan berpusat di daerah Tanah Abang, salah satunya adalah Bapak M. Ali Sabeni yang merupakan anak ke-7 dari Sabeni yang selain sebagai penerus Silat Sabeni juga seorang tokoh seniman Sambrah Betawi (Orkes Melayu Betawi). Karena faktor usianya yang sudah 72 tahun lebih, tugas melatih saat ini diserahkan kepada putera laki-lakinya Bang Izul. Dalam salah satu kesempatan Bapak M. Ali Sabeni mengutarakan keinginannya agar Silat Sabeni ini dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi muda agar warisan ini tidak hilang oleh gerusan zaman. (Eko Hadi Sulistia)

Timbangan

Saya tergelitik untuk tampilkan postingan seorang sahabat yang juga saya anggap sebagai kakak, Ki Sawung, yang dimuat di Forum Sahabat Silat, Tentang satu aliran beladiri di Jawa Barat yang disebut sebagai Timbangan, dimana beladiri ini adalah mempunyai konsep "welas asih", Lha kok aneh namanya beladiri tapi kok saya bilang welas asih? Supaya ga penasaran silahkan disimak kutipan ini...


SEJARAH

Aliran pencak silat di Jawa Barat yang baru terungkap melalui penelitian adalah aliran Cimande, Cikalong dan Timbangan. Namun, Timbangan sendiri menurut para penganutnya, bukanlah merupakan aliran pencak silat, melainkan suatu beladiri mandiri terpisah dari pencak silat. Hanya di kalangan ahli-ahli pencak silat saja Timbangan disejajarkan dengan aliran-aliran pencak silat lain, karena memang kebanyakan yang mempelajari Timbangan itu sebelumnya telah mempunyai latar belakang pencak silat.

Banyak yang tidak mengetahui secara persis tentang beladiri Timbangan ini, karena perkembangannya terkesan tertutup dan sepi dari publikasi. Memang begitu kenyataannya. Para ahli Timbangan pada umumnya tidak mencari murid. Siapa yang datang dan memenuhi kriteria tertentu sajalah yang akan diterima sebagai murid.

Timbangan lahir di Bandung, dengan pendirinya adalah Rd. Anggakusumah, putra Rd. Haji Adra'I, seorang Penghulu Kepala di Sumedang. Ia dilahirkan di Sumedang pada bulan Oktober 1887.

Pada masa mudanya, ia aktif di organisasi Syarikat Islam di Bandung. Namun, karena sifatnya yang kritis terhadap masalah sosial politik pada waktu itu, maka pada tahun 1919 Pemerintah Belanda menangkap dan memenjarakannya di penjara Banceuy.

Di dalam penjara, ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan lain. Bersama mereka sering dilakukan diskusi-diskusi mengenai keadaan bangsanya. Ada satu kelebihan Rd. Anggakusumah, yaitu ia tidak hanya dapat melihat masalah bangsanya dengan kacamata politik, tetapi juga dengan kacamata filsafat.

Dengan melalui perenungan filsafat itulah Rd. Angga Kusumah mmenemukan suatu cara agar manusia selamat dalam menjalankan hidup di dunia yang fana ini. Hasil renungannya dibukukan dalam tiga buah kitab berbahasa Sunda yang disusun dalam bentuk guguritan, yaitu Guaroma (Gurinda Alam Rohani Majaji), Ibtat (Imam Bener Tetengger Allah Ta'ala) dan Satahama (Sareat, Tarekat, Hakekat, Ma'rifat). Lahirnya kitab ini dianggap sebagai lahirnya sistem beladiri Timbangan, karena sejak itulah dimulainya latihan-latihan pembelaan diri terhadap serangan yang ditujukan pada rohani. Bentuk-bentuk latihannya adalah diskusi-diskusi antar tahanan yang dimaksud untuk membentuk kepribadian yang kuat.

Pada tahap perenungan berikutnya, ternyata didapati suatu kenyataan bahwa banyak orang lemah yang mengalami pederitaan karena ditindas oleh orang yang kuat walaupun ia berada pada pihak yang benar. Itulah sebabnya Rd. Anggakusumah mulai memikirkan pembelaan diri dalam segi jasmani.

Dari penjara Banceuy, Rd. Anggakusumah dipindahkan ke penjara Sawahlunto, Sumatera yang banyak dihuni oleh penjahat dan pembunuh. Di tempat inilah hasil renungannya sempat digunakan untuk melumpuhkan seorang narapidana gila yang sedang mengamuk dan banyak melukai narapidana lain. Selain itu, jagoan-jagoan lain yang merasa iri ini dapat pula ditaklukkan dan disadarkan, sehingga akhirnya menjadi sahabat Rd. Anggakusumah dan berusaha budi pekertinya yang buruk.

Pada tahun 1923, Rd. Anggakusumah dilepaskan dari penjara dan kembali ke Bandung, namun latihan Timbangan baru dilakukan mulai sekitar tahun 1928 sampai tahun 1942. Yang berlatih Timbangan saat itu kebanyakan adalah pemuda-pemuda pergerakan dan tokoh-tokoh pencak silat yang sudah terkenal di Bandung, diantaranya adalah Rd. Ema Bratakusumah (tokoh Sunda yang mendirikan organisasi Sekar Pakuan), Rd. Adibrata (ayahanda Rahmat Hidayat, aktor film), Obed, Salim, Rd. Memed dan masih banyak lagi yang lainnya.

Salah seorang penerus Rd. Anggakusumah adalah anaknya sendiri, yaitu Rd. Muhyidin Anggakusumah. Namun, keduanya kini telah meninggal dunia dan dimakamkan berdampingan di Pemakaman Umum Nyengseret, Bandung.

Berbeda dengan umumnya sistem beladiri lain, dalam pelaksanaannya aliran Timbangan tidak bertujuan untuk melumpuhkan lawan, akan tetapi untuk menyadarkan lawan bahwa pendekar Timbangan tidak beritikad buruk terhadapnya, dan dengan demikian merangkul lawan ke dalam suatu persahabatan serta hidup bersama dengan tentram dan bahagia.

Tahap pertama dalam menghadapi lawan adalah dengan berbicara dari hati ke hati, di sini sasaran serangannya adalah rohani lawan. Seandainya kata-kata yang lemah lembut dan sopan tidak diterima dan lawan tetap melakukan kekerasan, barulah pendekar Timbangan melakukan perlawanan yang bersifat jasmani.

Pola dasar pelaksanaan sistem beladiri timbangan yang bersifat jasmaniah ialah merebut kedudukan sedemikian rupa, sehingga lawan berada di dalam kedudukan sukar menyerang dan mudah diserang. Seandainya kedudukan seperti itu berulang-ulang atau terus-menerus dikuasai oleh pendekar Timbangan, akan tetapi ia tidak memanfaatkannya dengan melakukan serangan, diharapkan lawan menyadari bahwa pendekar Timbangan yang sebenarnya telah mengalahkannya itu tidak beritikad buruk terhadapnya. Sehingga akhirnya lawan akan menyerah, namun tidak menaruh dendam, bahkan balik menhormat dan bersahabat.

Untuk merebut kedudukan yang ideal, seorang pendekar Timbangan akan memberi kesempatan kepada lawan untk membuka serangan. Arus tenaga tidak ditangkis, karena aliran Timbangan tidak mempergunakan teknik tangkisan, akan tetapi dibelokkan atau dihindarkan, maka kedudukan lawan menjadi labil. Dalam keadaan labil inilah segera dilakukan penutupan atau perebutan kedudukan sesuai dengan apa yang dikehendaki.

TEKNIK

Untuk dapat melaksanakan taktik yang seakan-akan sangat sederhana itu dibutuhkan keterampilan dan teknik yang banyak jenisnya dan tidak mudah dikuasai. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi:

1.Kepekaan Rasa

2.Kecepatan Reaksi

3.Menetapkan Jarak

4.Menempel

5.Menilai Sikap

6.Menyalurkan

7.Melepaskan

8.Menghindar

(Sources : The KANURAGAN Tabloid , Gending Raspuzi SH ; Rewritten by Andi Rafiandi)

http://victorian.fortunecity.com/cez...timbangan.html

Thursday, March 13, 2008

Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo (Pak Dirdjo / Pak De) Pendiri Perisai Diri

Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada hari Selasa Legi tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakoe Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakoe Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Pakoe Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Pakoe Alam sehingga berteman dengan Saudara Wasi dan Bagong Kusudiardjo.

Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, pada tahun 1930 setamat HIK beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur. Di sana beliau belajar silat pada Bapak Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng.

Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar pada Bapak Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Jogosurasmo.

Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar pada Bapak Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang.

Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang.

Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan pada tahun 1936 membuka perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu.

Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo melatih di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan.

Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Suhu Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Suhu Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Suhu Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid. Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Suhu Yap Kie San.

Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Suhu Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu. Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Seksi Urusan Pencak Silat yang dikepalai oleh Bapak Mochammad Djoemali. Dengan tekad mengembangkan ilmunya, beliau lalu membuka kursus silat umum, selain mengajar di HPPSI dan Himpunan Siswa Budaya.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur di Surabaya. Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Di sinilah, dengan dibantu oleh Bapak Imam Romelan, beliau membuka dan mendirikan kursus pencak silat Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dari mulai didirikan hingga kini teknik silat Perisai Diri tidak pernah berubah, berkurang atau bertambah. Dengan motto Pandai Silat Tanpa Cedera, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi Bapak RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.

Dikutip dari www.pdbandung.com

Wednesday, March 12, 2008

Teriakan: "Maling!! Copet!! Rampok!!"

Pernah kah anda semua melihat seorang yang dihajar masa gara2 teriakan ini? bahkan sampai dibunuh dibakar dang sebagainya, kita bisa bilang biadab, tidak berperikemausiaan. Entah si korban bener atau salah, tanpa di chek terlebih dahulu langsung dihajar beramai-ramai.

Mungkin ga berlaku pada penduduk perkotaan yang sudah begitu terlihat sibuk dan sangat kental secara individual. yah biasanya ga peduli, elo... elo!, gua... gua!

Ciri-ciri Masyarakat Kota Besar:
- hidup di kota bercirikan perpecahan, individualisme dan mementingkan diri sendiri
- di kota tidak ada kebaikan bersama dan ikatan keluarga
- lingkungan cenderung tidak banyak mempunyai arti
- mekanikal dan artifact (buatan manusia)
- lebih rasional, lebih memperhitungkan.
- eksistensi bergeser dari kelompok ke individual.

Tetapi dalam masyarakat pinggiran yang begitu peduli dan punya ikatan primordial yang sangat kuat, satu di cubit berarti semua ikut sakit....

Ciri-ciri Masyarakat Pinggiran dan Kota Kecil:
- memiliki tujuan kesatuan yang esensial
- orang bekerja sama untuk kepentingan bersama
- kehidupan sosial bercirikan: "hidup bersama yang karib, pribadi dan eksklusif
- mereka mengakui "kebaikan bersama, kejahatan bersama, sahabat bersama, musuh bersama"
- dalam diri mereka terkandung "we-ness" dan "our-ness"
- dipandang sebagai organisme hidup.

Nah keadaan semacam ini, banyak terjadi dimana masyarakat pinggiran begitu ga suka akan satu bentuk kejahatan di tempat umum, ketika ada satu sikap heroisme atau satu sikap kepahlawanan, semua pasti ikutan...
Begitu ada satu tindakan yang dianggap melawan kebaikan bersama, masyarakat ga akan check recheck terlebih dahulu, atau bertanyah, "ehh elo maling beneran atau bukan?" ga ada waktu untuk hal tersebut, yang ada adalah sikat duluan urusan belakangan, wong dikerjakan rame2, ya begini ini dimana ikatan pertemanan dan solidaritas sosial menjadi sangat mudah di provokasi, salah satunyah adalah: "Teriakan Maling!"

Nah kalau kita yang dalam keadaan panik oleh satu bentuk kejahatan, jangan sungkan untuk berteriak, "Malingg!! Rampok!! atau Copeett!!" ini bisa manjur bila kita tau sisi sosial budaya masyarakat, tapi akibatnyah kita balikin pada diri sendiri, do it! or not! tapi kalau memang itu perlu demi keselamatan pribadi dan kita benar, yah kenapa tidak! (hartcone)

Tuesday, March 11, 2008

TPIFC : Fast & Furious

Pertarungan antara Tarjuman - (celana Hitam, style : Silat Paksi) melawan Iskandar (celana Merah, style : Gulat) adalah partai tercepat di TPI Fighting Championship. It's not about the style. It's about : siapa cepat dia dapat. Bukan begitu?

Posting Asli:
Tarjuman VS Iskandar adalah partai yg sangat di-tunggu2 di kelas ringan TPI Fighting Championship, karena di atas kertas keduanya merupakan petarung yang andal. Tarjuman ( dulunya adalah anak asuhan Aji Susilo, fighter dari klub AFC Bandung, namun belakangan “membelot” ke kota asalnya, Tegal) di kelas ringan merupakan peringkat 2, memiliki latar belakang Paksi, Jiu-jitsu serta Boxing saat acara ini (TPIFC seri 43 ) berlangsung bernaung di bawah klub Gopek Bahari Tegal dan mencatat rekor 7 kali menang dan 2 kali kalah. Sedangkan lawannya, Iskandar merupakan pegulat tangguh berasal dari Semarang. Iskandar juga memiliki catatan sangat bagus di TPIFC , yaitu 4 kali menang dan belum terkalahkan. Peringkat Iskandar adalah 9.Jujur saja, tadinya saya pesimis dan tidak berharap Tarjuman (64 kg / 165 cm) akan mengalahkan Iskandar ( 65 kg / 160 cm) dengan sangat mudah. Penonton berharap kedua petarung bakal adu strategi antara gaya bertarung berdiri (Tarjuman) melawan gaya “pelantai” macam Iskandar. Tapi apa boleh buat, ternyata Iskandar sedang bernasib sial. Jadilah partai ini, pertarungan tercepat di TPIFC.Next time para pegulat mungkin harus hati2 menghadapi sapuan kaki. Ya maaf, ini cuma pendapat seorang penonton saja.

Komentar lainnya:Mungkin menurut anda tontonan ini sangat keras dan brutal? Tidak juga. Buktinya, sehabis memenangkan pertarungan ini, Tarjuman menghampiri Iskandar yg sedang tergeletak di matras dan mencoba membantu meluruskan kakinya. Di luar ring, mereka – para petarung – saling menghormati dan menghargai sesamanya. Inilah alasan kenapa saya menyukai tontonan MMA. Sportifitas sangat dijunjung tinggi.
I love MMA.


Link terkait :

MMA & the Condom

Monday, March 10, 2008

Pria vs Wanita dalam Bela Diri


Dalam latihan bela diri, seringkali terjadi kesungkanan untuk melakukan sparring antara pria vs wanita, apalagi kalau menyangkut tehnik ground fighting.

Di bawah ini ada contoh video pertarungan antara pria vs wanita

man vs woman

silahkan di download gratis..
Bila sudah, mari kita diskusikan disini
dari hasil pengamatan saya, tampak bahwa si pria agak mengalah sama yang wanita. Bila ia sungguh-sungguh mengeluarkan tenaganya, dengan sekali pukul saya rasa pertarungan selesai. Sedangkan petarung wanita tampak bersemangat untuk menang, tehnik groundnya juga cukup bagus.

Ia juga secara cerdik menggunakan elbow untuk merusak blocking yang dibuat lawan. Penggunaan elbow sangat efektif, karena elbow secara alami merupakan salah satu bagian terkuat dari tubuh.

anyway ini postingan pertama saya...maunya sih dikasih gambar, tapi kok kayaknya blogger nya ga bisa upload gambar...kalau ada yang bisa nambahin gambar akan bagus sekali he3...

selamat mendownload dan menonton!

Kingindian

Saturday, March 8, 2008

Makna Kesatria

Salam kesatria dan salam pendekar!

Pertama-tama saya ucapkan selamat menikmati "long weekend" bagi rekan-rekan seniman beladiri, dimana sudah tentu momen-momen seperti ini adalah waktunya "berbalas dendam" untuk istirahat, menikmati waktu bersama keluarga dan orang-orang tercinta atau "melatih" seni bela diri kita di sela sela kesibukan kita sehari-hari sebagai profesional muda, pelajar, mahasiswa dan insan manusia modern yang semakin terhempit oleh tuntutan zaman modern ini.

Dalam sejarah budaya manusia dan kesatriaan dokumentasi sejarah; menunjukkan adanya prinsip-prinsip "kesatriaan" yang dianut oleh golongan pendekar masyarakat dan budaya setempat, dari laskar Sparta di Yunani, pendekar Zulu di Afrika, laskar Cherokee di Amerika, golongan Samurai di Jepang dan kasta caraka dalam budaya Jawa yang pada umumnya ... walaupun masyarakat-masyarakat ini dipisahkan oleh luasnya lautan dan daratan, namun menariknya para kesatria dari setiap budaya dan negara tersebut memiliki satu benang merah dalam prinsip mereka sebagai kesatria/ pendekar.

Mohon di ingat bahwa yang ingin saya extract dari prinsip ini adalah essensi dari prinsip prinsip kesatria ini dan bukan satu faham ekstrimis atau buta terhadap nilai-nilai tersebut karena zaman sudah berubah. Namun essensi dari nilai-nilai inilah yang saya rasa patut juga kita bangun dalam setiap gerakan "Kiai" kita, setiap jurus kita dan setiap tetes keringat kita yang terkuras di lantai dojo.

Adapun 7 prinsip kesatria yang akan saya petik dari budaya Samurai Jepang yaitu Bushido (The Way of The Warrior) yang saya harap bisa memperdalam wawasan dan makna latihan seni bela diri bagi kita semua.

The seven principles of Bushido

1. Yuki - courage, valor, bravery

Ada satu pepatah yang mengatakan bahwa seorang pemberani adalah seorang yang bukan tidak mengenal rasa takut, namun seorang yang mampu berpikir matang dan jernih walaupun dalam keadaan takut. Kemampuan kita untuk mengolah semua rasa takut kita, our insecurities, our fears, our negative thoughts and emotions juga membutuhkan keberanian yang sering sekali terabaikan karena mental kita yang belum mantap atau ketidak inginan kita untuk dianggap "lemah" oleh pihak lain karena besarnya ego kita.

2. Jin - humanity, charity, benevolence

Konon senjata pertama yang di ciptakan manusia adalah api. Melalui apilah manusia berhasil mengusir hewan-hewan buas yang ukurannya jauh lebih besar dari mereka, melindungi "sahabat, keluarga dan masyarakatnya" dan melalui api juga manusia mampu berkumpul di malam hari dalam satu kelompok yang saling berbagi ceria dan cerita. Singkat kata seorang kesatria harus mempunyai rasa "humanis" dan layaknya api, semangat, tutur kata dan tingkah laku kesatria haruslah layaknya api unggun yang menyatukan manusia dalam kehangatan dan kenyamanan dan bukan api yang membumi hanguskan peradaban.

3. Gi - justice, righteousness, integrity

Konon ketika Adam dan Hawa diusir dari surga dan mereka sempat tersentak dengan kesedihan, adapun malaikat yang membisikkan dengan lembut bahwa kehadiran manusia di bumi adalah satu misi agung dari Yang Maha Kuasa untuk menjaga "keadilan" di bumi terhadap ciptaan-ciptaan Yang Maha Kuasa yang tidak berdaya atau tidak di bekali kreatifitas dan inteligensia seperti manusia untuk bisa beradaptasi dan melewati segala macam keadaan. Kurang lebih kata-kata itulah yang saya ingat dari guru saya sewaktu SD di Brasilia dimana kebetulan Beliau berasal dari kampung Amazon yang pada waktu itu sedang "gigihnya" berjuang mempertahankan rumah dan hutan mereka yang dipangkas demi industri negara.

4. Rei - etiquette, courtesy, civility

Budo ends and begins with courtesy. Pernahkah anda berpikir mengapa kita memberi hormat sebelum kita berlatih? suatu tradisi yang tentu bukan hanya karena budaya timur adalah budaya yang identik dengan tata krama yang halus atau sopan namun juga ternyata alam semesta tercipta dalam satu ledakan dahsyat atau "Big Bang" yang dalam pembentukannya setiap partikel, atom dan materi tidak saling "menyerobot" karena menariknya secara ilmu fisika dan ilmu kuantum perhitungan materi atau massa yang salah walau hanya sepersekian persen saja maka menurut perhitungan sains alam semesta tidak mungkin terbentuk sebagaimana adanya

5. Makoto - sincerity, honesty, reality

Di tengah zaman hedonis, materialis dan kapitalis... kejujuran yang tulus memang langka. Apalagi di ibukota dan kota-kota metropolitan dimana persaingan untuk menjadi yang "terbaik" tidak jarang di menghalalkan cara-cara Machiavellis, licik dan curang. Alangkah betapa sulitnya sekarang ini untuk membantu seorang yang belum pernah kita kenal di tengah-tengah kota tanpa merasa was was atau curiga dengan segala macam "kewaspadaan".
Oleh karena itu seorang kestria adalah insan yang menjunjung tinggi nilai kejujuran karena dia sadar bahwa tanpa kejujuran dia "hampa" dan menjadi "rentan" untuk dimanfaatkan oleh individu-individu berpikiran picik yang ingin memanfaatkan kelebihannya demi suatu tujuan yang kurang mulia.

6. Chugi - loyalty, fidelity and devotion

Kata-kata yang saya ingat dari sahabat saya Takumyo Kimiyo yang juga adalah keturunan Samurai, Kimiyo menjelaskan konsep Chugi ini sebagai pengabdian seorang kesatria. "Abdi kepada bangsa, abdi kepada keluarga dan abdi terhadap jalan yang benar". Masih ingatkah anda dengan pahlawan-pahlawan nasional yang sudah mengorbankan nyawa mereka demi republik ini?

7. Meiyo - honor

Penghargaan terbesar bagi seorang kesatria bukanlah tambang emas terbesar namun nilai-nilai kehormatan kesatria yang bisa menjadi suatu cerita teladan bagi generasi berikutnya dan menjadi inspirasi berharga yang tak ternilai karena inspirasi tidak karat oleh waktu.

--------------------------------------------------------

Demikian teman-teman prinsip kesatria dari perspektif Bushido (Jepang), semoga nilai-nilai ini bisa menjadi inspirasi juga dalam latihan seni bela diri kita untuk membangun karakter dan pribadi yang prima, apalagi di tengah kondisi negara dan masyarakat kita yang semakin memilukan.

Marilah kita sebagai seniman bela diri memulai suatu gerakan kecil yang berawal dari diri kita masing-masing untuk membangun komunitas kita yang masih sangat memerlukan jiwa dan insan yang "matang", "kuat" dan pastinya "kesatria" dalam semangat membangun bangsa kita yang tercinta.

Salam pendekar dan salam kesatria!

-Ueno-

Friday, March 7, 2008

Arti membawa senjata

Saya selalu suka review sahabat saya satu ini, bung Ueno. Selain sehobi dalam martial arts, juga seorang yang menekuni seluk beluk senjata, kebetulan sahabat satu ini menekuni Krav Maga dan Floro Knife System (Kali), sedangkan saya sendiri menekuni Arnis-Eskrima, bentukan beladiri yang lebih menuju Combative Martial Arts, berikut ini adalah postingan bung Ueno di Kaskus Martial Arts Forum. mari kita simak bersama:

Salam Budo!

Satu topik yang menarik karena pemilikan senjata bagi tiap orang tentu mempunyai arti dan alasan tersendiri. Bagi saya sendiri, setuju dengan Pak Hartcone bahwa senjata tsb adalah suatu "tools" untuk mencapai suatu maksud atau tujuan.

Tentu ketika "maksud" mempersenjatai diri adalah untuk hal yang negatif di sinilah fungsi "tools" tersebut berubah menjadi alat pemulus suatu kejahatan. Ironisnya tidak setidak sedikit juga kita mendengar cerita tentang individu-individu tertentu yang menjadi lebih "pede" bahkan mungkin sedikit over reacting ketika dia bersenjata. Dalam konteks ini menurut saya hati dan mental individu tersebut lah yang belum "mantap" untuk membawa senjata.

Apakah saya membawa senjata? Tentu! Although bagi saya sendiri membawa senjata "analoginya" (mungkin terdengar aneh) namun bagi saya membawa senjata itu ibaratnya seperti memilih baju atau sepatu sebelum pergi dari rumah. Artinya senjata tersebut saya sesuaikan dengan "tujuan pergi, rute lokasi atau geografi" saya.

If I may share my experience...sewaktu di Perancis tempat tinggal saya di Saint Cloud kebetulan (pada waktu itu) dekat dengan lingkungan dan gang neo-nazi jadi sudah pasti orang asia seperti saya, orang imigran dll menjadi bulan bulanan skin head.

On the same token... sepulangnya dari sana dan kembali ke tanah air tercinta "habit bersenjata" saya ini sempat menjebloskan saya ke sel dan berurusan dengan aparat kepolisian. Jadi ada baiknya untuk selalu memeriksa undang-undang setempat dan tentunya jika bisa mengurus "dokumen-dokumen" resmi then please do so.

Carrying weapons equal big responsibility, responsible for your actions, responsible for those close to you, and responsible for whatever happens after you draw your weapon... but to wrap it up inilah arti membawa senjata bagi saya pribadi:

1. Saya akan sangat hati-hati dengan perkataan saya, tingkah laku saya dan semua tindakan saya karena saya tidak ingin mencelakakan siapa pun bahkan tidak mau "ribut" karena ego saya terluka saat mobil saya di salip, saya di maki dll. (The weapon as an ego check reminder - you protect your body not your ego)

2. Saya sadar bahwa apapun tindakan "counter" yang saya lakukan kemungkinan besar akan jauh berdampak lebih "destruktif" atau mematikan yang sudah pasti akan menimbulkan di kerugian di kedua belah pihak. Dan sebagai kesatria saya bukan pribadi yang destruktif

3. Saya sadar bahwa secara mental dan psikologis saya harus lebih matang dibandingkan dengan teman-teman saya atau lingkungan sekitar yang tidak bersenjata karena ketidak matangan saya akan membawa penilaian yang negatif (pengucilan) terhadap diri saya sendiri, dan saya tidak ingin kehilangan teman atau kehilangan "respect" karena "besar kepala" gara-gara senjata, oleh karena itu saya terus mencari sumber-sumber pengetahuan untuk bisa lebih mematangkan karakter dan mental saya dengan niat meraih karakter yang baik sehingga senjata tsb tidaklah perlu keluar dari sarungnya.

4. Saya sadar bahwa senjata yang saya bawa haruslah semata-mata untuk melindungi diri saya dari ancaman yang mematikan atau ancaman yang berbahaya bagi keluarga saya. Walhasil senjata tsb haruslah menjadi "tameng" dan bukan bomb yang mengakibatkan "collateral damage"

5. Saya sadar bahwa sebelum mencabut senjata "akhir" atau last resort weapon saya; senjata utama saya adalah intelgensia saya, pengetahuan saya, manajemen hati saya, dan kemampuan evasive saya untuk tidak berurusan dan bahkan menghindar dari individu atau tempat yang "bermasalah" karena senjata saya tidak diperbolehkan menyakiti insan manusia lainnya ... namun jika keadaan tidak memungkinkan and pure evil and wrath is inevitable, then let the Heavens rid the malice through the aid of my skills and steel. Semoga bermanfaat! (Ueno)


Note:
Artikel Terkait: Petarung Pisau/Pedang : Brutal, Kelas Rendahan??

Salam!