Wednesday, April 30, 2008

Pendekar Perempuan dari Tanah Pasundan




Sekilas tak ada yang istimewa pada sosok nenek ini. Tua, ringkih, dan terkesan sudah tak bertenaga. Namun, jangan salah sangka nama perempuan tua itu sudah tersohor di jagat persilatan sebagai pendekar besar. Dia adalah Raden Eni Rukmini Sekar Ningrat, guru besar Perguruan Pencak Silat Panglipur.


Di balik ketuaanya Eni Rukmini masih menyimpan tenaga seorang pendekar pencak silat. Ia pun tak pernah gentar jika harus berhadapan dengan orang muda. Menurut Eni Rukmini, kepada SCTV yang menemuinya belum lama berselang, makna dari kekuatan pencak silat bukan pada tenaga besar namun pada rasa.

Sebagai seorang guru besar pencak silat, Eni Rukmini memang memiliki latar belakang keluarga pendekar. Ayahnya adalah Abah Aleh, pendiri dan pencipta jurus jurus ampuh pencak silat panglipur. Ia mulai dipercaya memimpin perguruan pada 1950. Saat itu sang ayahanda berpandangan dibalik kelembutan dan kecantikan anak bungsunya tersimpan potensi luar biasa dalam hal ilmu pencak silat dan ilmu kepemimpinan.

Pandangan Abah Aleh ternyata benar. Dibawah kepemimpinan Eni Rukmini, Perguruan Pencak Silat Panglipur semakin berkembang pesat. Bahkan dikenal hingga ke mancanegara. Karena itu tak sedikit warga negara asing berguru kepadanya.

Kini usia Eni Rukmini telah mencapai 93 tahun. Itu artinya ia telah memimpin Perguruan Pencak Silat Panglipur selama 58 tahun. Baginya pencak silat adalah tarikan dan hembusan napas. Pencak silat adalah desiran aliran darah ditubuhnya dan jurus jurus panglipur adalah denyut nadinya.

Karena itu pula Eni Rukmini tak pernah merasa lelah untuk menurunkan ilmunya. Ia tak segan turun sendiri ke padepokan sederhananya hanya untuk menyaksikan dan memastikan anak didiknya telah berlatih dengan tekun. Ada harapan besar dijiwanya. Harapan tentang makna jiwa kesatria, jiwa kasih sayang, dan jiwa pengabdian. Dan harapan ini ia tumpukan pada murid-murid perguruannya. Di usia yang telah senja Eni Rukmini mengaku hanya ingin berbuat sesuatu yang bisa memberi arti tentang pewarisan nilai nilai kebajikan dan warisan budaya

Sumber: SCTV - puterapanas

Monday, April 28, 2008

Profil Master - Interview Itay Gil





Salam kesatria dan salam pendekar!

Selamat berjumpa kembali rekan-rekan! sebelumnya mohon maaf apabila selama beberapa waktu saya sempat absen dari negeri tercinta dan dari forum ini untuk posting artikel atau pun absen dalam memberi tanggapan posting-posting terbaru yang semakin ramai dan tentunya juga menambah keakraban silaturahmi kita antar seniman bela diri.

Adapun kepergian saya adalah untuk memperdalam dan menyelesaikan pelatihan instruktur saya di Tactical Krav Maga, bersama dengan beberapa instruktur ahli seperti Bapak Carl Halley, Bapak "Laughing Dragon" Stephen, Itay Gil dan satu instruktur tembak yang karena alasan keamanan tidak bisa saya sebutkan; namun dengan rasa penuh bahagia dalam posting kali ini saya akan memasukkan interview Itay Gil yang mungkin pernah anda lihat di serial Human Weapon.

Berikut ringkasan pertanyaan dan penjelasan dari Itay Gil dengan interview video berdurasi 25 menit eksklusif hanya di forum ini, semoga bermanfaat dalam memperluas perspektif dan latihan seni bela diri anda.


Salam kesatria dan salam pendekar

Ueno



1. Pak Itay bisa anda jelaskan latar belakang bela diri anda?

Baik, sejak umur 6 tahun saya sudah mulai latihan bela diri. Awalnya karena saya dianggap anak yang hiperaktif. Berawal dari judo, kick boxing kyokushin karate, sambo, grappling dan krav maga

2. Kapan anda mulai mendedikasikan fokus latihan anda ke tactical krav maga?

Saat saya ditugaskan di unit yamam (unit anti teror) dimana saya harus menggunakan pengalaman dan kemampuan bela diri saya dalam keadaan nyata, dan dari situlah saya menemukan bahwa teknik-teknik yang saya pelajari dalam seni bela diri sebelumnya perlu dimodifikasi atau di simplifikasi agar bisa di eksekusi di bawah tekanan perang atau pertempuran.

3.Pak Itay, sebagai seniman bela diri yang berpengalaman apa saja 5 pelajaran yang telah anda dapatkan dalam mengarungi perjalanan sebagai seorang seniman bela diri?


- Menurut saya yang pertama adalah, perlunya suatu penalaran untuk selalu mengevaluasi skill yang telah kita pelajari bahwa tidak ada teknik yang 100% berhasil dan idenya adalah meminimalisir kerusakan bagi kita, teman kita atau orang2 di sekitar kita


- Kedua, kenali maksud dan tujuan lawan anda dengan memperhatikan bahasa tubuhnya, satuhal yang saya rasa banyak sistim bela diri tidak mengajarkan dalam kurikulum sehari-hari krn keadaan dojo dan dunia nyata sangat berbeda.

- Ketiga, jangan ragu-ragu; dalam keadaan seperti penembakan colorado atau virginia tech anda harus mencoba untuk berbuat sesuatu walaupun secara taktis mungkin tidak baik. Bila nyawa anda sudah menjadi taruhan, anda harus mencoba sesuatu jadi jangan hanya diam kaku!


- Ke empat ingatlah bahwa dunia nyata bukan ufc. Jangan salah! saya seorang penggemar berat ufc dan olahraga MMA baik untuk mengembangkan atribut-atribut fisik, tapi tetap ufc adalah suatu olahraga dan dunia nyata tidak demikian

- Kelima adalah conditioning, bagaimana pun juga bila anda menyebut diri anda sebagai seniman bela diri, anda harus menjaga kondisi untuk menghadapi stress yang akan terjadi dalam suatu konfrontasi. Minimal anda harus prima untuk menghadapi stress keadaan sehari-hari karena itu jangan menghiraukan aspek ini


4. Pak Itay, menurut anda mengapa walaupun seni bela diri sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu masih ada miskonsepsi tentang seni bela diri dan kemampuan membela diri?

Begini... seni bela diri sebagian sudah di modifikasi untuk olahraga dll , saya ingatkan membela diri adalah hal yang lain... yang ingin saya cantumkan disini adalah tidak ada pukulan "one shot one kill" dalam keadaan stress, yang ada adalah kombinasi inilah mungkin satu ciri khas krav maga, karena saya selalu mengingatkan pada murid saya bahwa dalam keadaan nyata, semangat anda untuk bertahan juga sangat penting.

Dalam keadaan berbahaya dimana nyawa anda sudah di ujung seseorang yang berbahaya anda harus mencoba melakukan sesuatu toh anda akan mati, jangan diam saja!

5. Pak Itay dengan segala sukses di seni bela diri, security dan bisnis apa rahasia anda?

Passion, dalam hal apa pun saya rasa bila anda sudah passionate dengan suatu bidang tertentu sukses akan datang dengan sendirinya.

6. Apa yang membuat anda bahagia saat mengajar murid-murid anda?

Saat saya bisa menambah rasa percaya diri dia, dan kemampuan membela diri dia untuk menghadapi situasi-situasi sulit atau menghadapi kondisi sehari-hari. Perubahan itu membuat saya sangat bahagia karena saya telah mengkontribusikan sesuatu ke hidupnya.


7. Berdasarkan pengalaman anda, bagaimana me manage rasa takut dalam dunia nyata?

Klise memang namun jangan terlalu di pikir, pada akhirnya latihan anda lah yang menentukan dengan semangat survival anda

8. Dengan sukses yang sudah anda raih lantas apa langkah berikutnya apa?

Yang jelas saya masih sibuk dengan berbagai training dan consulting di seluruh dunia, dengan sipil, polisi dan militer. Sedih memang bahwa dunia semakin tidak aman namun saya rasa itulah kontribusi saya dimana saya mencoba membantu untuk menambahkan rasa aman atau pengetahuan ini selagi bisa.



Thursday, April 24, 2008

W i s a

Racun adalah krama ngoko dari kata upas atau wisa yang berasal dari tetuwuhan. Ia merupakan gas atau zat yang dapat mematikan, menyakitkan dan merusak apabila diserap oleh makhluk hidup. Ia dapat berupa racun yang menyerang perut, seperti arsenikum atau persenyawaan fluor, garam tembaga, racun-racun organik dan sintetik. Namun dapat juga berupa racun- kontak, yakni yang memasuki pakaian atau pori-pori pernapasan (melalui persentuhan), yang terdiri atas persenyawaan belerang, minyak-minyak petroleum, zat-zat dari ter batu arang, bunga-bungaan atau tetumbuhan lain.

Dalam lingkungan hidup masyarakat, banyak digunaka fungsi racun (yang tidak kuat) untuk kepentingan praksis. Misalnya, kebiasaan dalam menangkap ikan air dengan cara men-jenu, yakni menggunakan pengaruh racun jenu, sehingga ikan mabuk. Karena itu tidak mengherankan, jika mudah ditemukan pelbagai tetumbuhan yang mengandung unsur racun ringan. Daun rawe, kecubung, ceguh, sembirit, buah bintaran. Atau penawar seperti air degan ijo (untuk warangan), daun klampis (untuk rawe), air enjet (untuk kecubung), tembahai (untuk racun ular). Bahkan orang Jawa mengenal pelbagai makanan yang terbuat dari bahan yang mengandung racun dan sering menimbulkan akibat yang disebut mendem (mabuk). Seperti tempe bongkrek, gadhung, ketela jawa; juga penggunaan mbako-enak untuk nginang.

Sejarah tradisional Jawa tidak banyak memiliki catatan tentang penggunaan racun secara langsung oleh kelompok-kelompok kekuasaan, untuk menyingkirkan lawan politik.Penggunaan racun secara langsung dalam politik, biasanya digunakan untuk balas dendam atau bunuh diri. Ini sering menjadi gosip istana di tengah pemberontakan para pangeran akhir pemerintahan Amangkurat Jawi di Kartasura (1726). Setelah penyakit raja disembuhkan Damarjati dari Jagaraga, sebulan kemudian tubuhnya bengkak-bengkak dengan noda merah kebiruan, setelah minum obat yang disiapkan ibunya yang buata, dan dicurigai mengandung racun. Pada pemerintahan Amangkurat I di Plered, Tumenggung Wiraguna yang tidak disukai raja, bersama Tumenggung Danupaya ditugaskan menaklukkan pemberontakan Adipati Tawangalun di Belambangan. Tumenggung Danupaya akhirnya bunuh diri dengan minum racun, setelah mendengar Wiraguna meninggal dunia di Kediri setelah minum obat saat sakit, justru setelah berhasil memperoleh kemenangan atas pasukan musuh.

Orang Jawa, banyak menggunakan racun untuk kepentingan dalam pengobatan maupun penguat fungsi dalam persenjataan. Dalam pengobatan, biasanya digunakan pebagai unsur yang berasal dari tetumbuhan, baik yang mengandung racun atau tidak, diramu dan diolah untuk penyembuhan penyakit. Juga untuk kepentingan pembersihan racun yang ada dalam tubuh seseorang, yang masuk melalui cara tenung atau teluh termasuk unsur racun dari makhluk halus seperti jin, misalnya dengan menggunakan campuran bahan, yang di antaranya terdapat jinten dan madu. Dalam persenjataan, racun digunakan untuk keindahan dan keampuhan. Keris, tombak, pedang, menggunakan warangan, yakni bahan mineral yang mengandung arsenikum, untuk mengawetkan tampilan keris dengan memperjelas gambar pamor agar terlihat indah. Namun ada pula yang bermaksud memanfaat racun untuk alat pembunuh. Misal dengan cara memberi ramuan racun, yang diolah dari unsur binatang seperti katak atau ketonggeng, dan tetumbuhan yang getah atau daunnya mengandung unsur racun keras atau menyakitkan. Pohon upas (antiaris toxicaria), mengandung getah susu beracun yang biasa digunakan untuk racun panah.

Dalam rangka mengalahkan lawan, juga terdapat cara-cara penggunaan racun yang dikirimkan kepada pihak yang dianggap musuh, melalui ilmu hitam ataupun serangan-serangan dengan cara halus. Misalnya, berkembangnya kelompok ilmu upas-upasan dari daerah Banten, yang umumnya merupakan bagian dari ilmu yang alurnya, diyakini berasal dari metoda-metoda Bathari Durga. Ini juga berkembang di beberapa kelompok pemakainya di wilayah bagian selatan dan timur pulau Jawa, yang secara khusus memang dikembangkan oleh tokoh alam halus seperti Dyah Kalayuwati atau Kalasiwah. Pada umumnya, senjata-senjata yang digunakan kelompok-kelompok dalam alam panjiman yang berbentuk jenis binatang melata atau banaspati, banyak mengandung unsur racun.

Hanya cara pengiriman racun-racun dan benda-benda lain kepada pihak manusia yang menjadi sasaran, tidak dapat ditangkap secara langsam dengan indera jasmani manusia. Kecuali bagi mereka yang benar-benar berhati jujur dan bersih, ataupun pula mereka yang benar-benar berpengalaman.(MT Arifin)

Ini Betawi Punye Silat

BERBICARA mengenai cabang olahraga pencak silat, Jakarta dikenal sebagai gudangnya. Sejak dahulu di Jakarta banyak ditemukan alairan-aliran pencak silat yang sangat popular di penjuru Nusantara, bahkan dunia.

Salah seorang legenda pesilat (jawara) Betawi yang selalu menjadi buah bibir masyarakat adalah Si Pitung, jagoan yang antikolonialisme.

Mengenang pencak silat Betawi tidak terlepas dari sejarah perkembangan dan dinamika Jakarta tempo doeloe. Sejak dahulu Jakarta sudah menjadi kota kosmopolitan tempat di mana pertemuan berbagai ragam budaya, suku bangsa, hingga bangsa lain seperti Arab, Melayu, India, China, Portugal, Belanda, dan lain-lainnya.

Sejak Sunda Kelapa dikuasai oleh pasukan Demak yang dipimpin Fatahillah (1527), lahirlah Jayakarta, yang saat ini setiap tahun diperingati sebagai hari jadi kota Jakarta pada tanggal 22 Juni. Perjalanan panjang sejarah Jakarta berimpilikasi pada masyarakat yang mendiaminya.

Menurut Antropolog Universitas Indonesia, Yasmin Zaki Shahab, diperkirakan etnis Betawi terbentuk sekitar tahun 1815-1893. Oleh sebab itu orang Betawi sebenarnya terhitung sebagai pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lainnya yang sudah terlebih dahulu hidup di Jakarta seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, dan Melayu.

Betawi memang terkenal dengan tokoh-tokoh persilatan hingga aliran jurus (maenan) yang digunakan seperti Cingkrik, Gie Sau, Beksi, Kelabang Nyebrang dan merak Ngigel, Naga Ngerem, dan sebagainya.

Keragaman aliran silat Betawi turut diwarnai oleh latarbelakang silat dari daerah lain, seperti silat aliran Sahbandar, Kuntao (China) dan beberapa aliran silat dari Sunda. Proses asimilasi mendapatkan nama aliran ataupun perkumpulan baru. Nampaknya ciri khas dan latar belakang betawi tetap kuat mewarnai gerakan jurus-jurusnya.

Seperti Mustika Kwitang yang berdiri Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, salah satu tokohnya adalah H Muhammad Djaelani, yang lebih dikenal dengan sebutan Mad Djaelani. Ilmu silat Mustika Kwitang, kini diwariskan pada cucunya, sekaligus muridnya, H Zakaria.

Akulturasi Ilmu Silat dari China dengan Betawi bukan hal yang aneh misalnya silat Beksi, atau bek (Pertahanan) dan Sie (Empat) yang artinya pertahanan empat arah. Tiga pendekar Beksi (H Gozali, H Hasbullah, dan H Nali) dan seorang China bernama Ceng Ok, mengembangkannya di Betawi (Jakarta). Diperkiraan, aliran Beksi merupakan Silat Betawi yang paling luas penyebarannya di Jakarta saat ini.

Kemajemukan ini pula yang menyebabkan terjadinya pertukaran seni, budaya, adat istiadat hingga ilmu bela diri yang berkembang saat itu atau yang lebih populer dengan istilah "Maen Pukulan" (silat).

Silat diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 di mana masyarakat setempat (Jayakarta) pada masa itu sering mempertunjukkan seni silat di saat pesta perkawinan atau khitanan. Hal ini memperkuat dugaan bahwa silat tidak hanya berfungsi sebagai ilmu bela diri namun sudah menjadi suatu produk sosial, seni budaya yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari.

Pencak Silat telah mewarnai kehidupan masyarakat Betawi, di mana silat atau maen pukulan adalah hal yang wajib dipelajari. Silat Betawi terkenal dengan aliran-alirannya yang merunut pada asal kampung atau daerah perkembangannya.

Hal ini menurut antropolog Parsudi Suparlan, "bahwa masyarakat betawi dalam pergaulannya sehari-hari, lebih sering menyebut dirinya berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, orang Tanahabang, atau orang Rawabelong".

Karena pada saat itu, kesadaran sebagai masyarakat Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu belum begitu mengakar. Baru pada tahun 1923 Moh Husni Thamrin dan tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkumpulan Kaum Betawi di masa Hindia Belanda, menyadarkan segenap orang Betawi sebagai sebuah golongan (kelompok etnis sebagai satuan sosial dan politik yang lebih luas) sebagai golongan orang Betawi.

Betawi memang dikenal memiliki banyak cerita dan kenangan di dunia pencak silat. Konon kabarnya di Jakarta terdapat ratusan aliran silat. Si Pitung atau Sabeni dari Tanahabang hanyalah dua kisah dari sekian banyak legenda superioritas jawara-jawara Betawi zaman silam. Di tengah-tengah masyarakat Betawi pun muncul semacam keyakinan, bahwa memperdalam pencak silat adalah salah satu upaya memelihara warisan leluhur.

Si Pitung yang menjadi kisah heroisme jawara Betawi zaman silam adalah pesilat dari aliran Cingkrik (www.silatindonesia.com). Pitung berasal dari kampung Rawabelong, Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat, belajar silat dan mengaji dari H Naipin.

Kepandaiannya bermain silat menjadikan Pitung cukup terkenal karena keberaniannya untuk membela rakyat kecil, dengan cara "merampok" orang Belanda. Pitung memberikan hasil rampasannya tersebut kepada orang-orang miskin yang membutuhkan.

Demikian dikemukakan Margreet van Till (Belanda) dalam makalah/disertasinya, In Search of si Pitung, the History of an Indonesia Legend (1996), sepak terjang Pitung menjadikan dia sebagai incaran Belanda. Karena penghianatan kawan seperguruannya, Pitung ditembak mati oleh Schout Van Hinne terjadi pada 16 Oktober 1893. Ia lalu dibawa ke rumah sakit dan esoknya meninggal dunia (17 Oktober).

Beritanya dimuat dalam Hindia Olanda (edisi 18 Oktober 1893), pada usia yang muda, sehingga menurut cerita, Pitung belum sempat berkeluarga.

Kisah Pitung adalah kisah jawara aliran silat Cingkrik Betawi. Konon, selain Cingkrik, Betawi juga masih memiliki sekitar 300 aliran silat. Namun data yang kini terdapat di PPS Putra Betawi dari ratusan aliran silat Betawi, kini hanya tersisa 50 aliran. Cingkrik adalah salah satu yang masih bertahan.

Permainan silat Cingkrik dikenal dengan cukup khas sebagai silat betawi pada umumnya. Perkembangan silat cingkrik ini pun telah membias ke pelosok-pelosok kampung Betawi, sehingga aliran ini memiliki banyak turunannya (aliran).

Salah satu turunan antara cingkrik dan Cimande adalah aliran Cingkrik Goning, yang merupakan silat Betawi warisan dari Engkong Goning yang merupakan pejuang kemerdekaan dari wilayah Kedoya.

Ilmunya kemudian diturunkan kepada Usup Utay, yang kemudian menurunkan kepada mantunya yaitu Tb Bambang. Silat Cingkrik secara umum terbagi dua, yaitu Cingkrik Goning dan Cingkrik Sinan. Perbedaannya ialah Cingkrik Sinan menggunakan "ilmu kontak" sementara Cingkrik Goning hanya mengandalkan kelincahan fisik. Cingkrik selalu berusaha untuk masuk dan mengunci lawan, jadi tidak banyak berlama-lama bertukar pukulan atau tendangan.

Cingkrik sangat mengandalkan kekuatan tenaga dalam. Salah satu aliran silat tertua di Betawi ini bernaung di bawah organisasi silat Persatuan Pencak Silat (PPS) Putra Betawi, organisasi yang didirikan pada tahun 1972.

Gagasan membentuk wadah bagi silat aliran betawi muncul dengan tujuan mempersatukan pesilat Betawi. Wadah ini menjadi semacam forum komunikasi bagi pesilat Betawi, agar dapat terus mempertahankan warisan budaya leluhur tersebut.

Menurut data dari Silat Indonesia.com, saat ini terdapat lebih 50 aliran atau perguruan silat yang bernapaskan silat Betawi, dan memang tidak semua aliran silat ini bisa dijangkau seketika. Harus ada proses sosialisasi dan pendekatan yang berkelanjutan, inipun beberapa silat yang bernaung dibawah Putra Betawi mulai menghilang dari Jakarta.

Proses penelusuran guna menghidupkan beberapa perguruan dilakukan melalui beberapa cara, antara lain Kejuaraan Internal Silat Betawi dan melalui Festival Silat Betawi. Tujuannya adalah untuk memantau perkembangan silat betawi agar tetap hidup walaupun tidak sepopuler pada masa lalu. (yanweka-silatindonesia.com)

Thursday, April 17, 2008

Stick VS. Sword Fighting - Fearless movie

Tribute for Kang HartCone, Kang Herry (baru bisa saya extract videonya mas), Kang Ueno dan lain-lain..
Sekedar meng-akomodir dan mem-fasilitasi para Martial Artist yang ahli di senjata.
Semoga bermanfaat dan dapat membantu...

Monday, April 14, 2008

Stick VS Knife Fighting - SPL Movie

Sudah lama pingin posting yg ini, tapi takut dibilang mbajak. Mudah2an mas Donnie Yen tidak keberatan dgn potongan dvd-nya dipost di sini. Amin.

Cuplikan adegan fighting film SPL ini benar2 terasa mirip dengan kondisi nyata. Baik jarak pertarungan maupun ekspresi orangnya. Kebetulan saya pernah tiga kali menyaksikan orang berantem pake pisau di jalan. Pertama di terminal Blok M sekitar Feb tahun 1989. Terus di parkiran Deli Plaza Medan di awal tahun 1990-an. Dan terakhir tahun 2007 yg lalu saat malam2 melintas di perempatan Cileungsi. Gemeter rasanya lutut ini, kepingin pipis.... tatuuuuttt!

Mudah2an tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Sunday, April 13, 2008

Boxing Heroes : Muhammad Ali


Halo teman-teman pecinta seni beladiri ini ada magazine yang bisa di download. Boxing News, Special Edition, Boxing Heroes : Muhammad Ali. Di dalamnya banyak artikel yang berkaitan dengan Muhammad Ali sang legenda tinju. Dilengkapi juga dengan foto-foto yang berkualitas tinggi.

Saya sendiri pernah menonton rekaman video Ali vs Foreman. Ali betul-betul bertarung dengan cerdik, selain itu pertandingan di Afrika Selatan ini juga diwarnai dengan psy war yang sangat kuat. Mayoritas penduduk lokal mendukung Ali, karena Ali begitu membaur dengan mereka. Bahkan orang-orang kulit hitam di Afsel sampai mengira bahwa George Foreman adalah petinju kulit putih! Disana timbul semboyan yang populer Ali Bombaye ( Ali habisi lawanmu!)

Semoga magazine ini dapat memuaskan keingintahuan mengenai sosok Muhammad Ali.

Boxing Heroes: Ali
file size : 6 Mb, unzipped with winrar, PDF file.

please inform kalau ada masalah dalam download.

Saturday, April 12, 2008

Anjuran Pembina TS

Sahabat TS,..dalam rangka pengembangan Dakwah ala Perguruan Seni Beladiri Silat Tiga Serangkai. Bapak Pembina Drs.Ec. Sugiyanto mengajak para Asisten Pelatih/Pelatih/ Anggota TS agar dapat mengembangkan sayap- sayap Dakwah ala TS dengan membuka Cabang/Ranting/ Unit Latihan Baru Loooh...Waaah artinya Bapak Pembina merestui bahkan memberi semangat anjuran ini..sebagaimana dalam Hadist "

Wednesday, April 9, 2008

FMA: Beladiri Konsep

Dasar pelajaran dalam FMA (Filipino Martial Arts) adalah pengenalan terhadap sudut serangan, Cara untuk mempermudah pengenalan terhadap jenis2 pukulan diwakilkan pada Doce Pares/12 Part (catatan: Doce Pares juga dipakai sebagai nama satu style) atau disebut juga dengan Numerada/Numbering System. Dalam berbagai Style, ada perbedaan dalam pengurutan, tetapi yang diolah adalah sama yaitu:

Crossada = Pukulan Diagonal
Reversal Crossada = Pukulan Diagonal ke arah atas
Rumpida Upward = Pukulan Vertikal kearah atas
Rumpida Downward = Pukulan Vertikal kearah bawah
Plansada = Pukulan Horisontal
Sungkiti = Tusukan

Pembagian pengurutan adalah merujuk pada lanjutan urutan dalam gerakan arah senjata secara paling efisien, dibawah ini adalah sebagian perbedaan pengurutan pada Doce Pares:

Modern Arnis Basic 12 Strikes
1. Forehand Diagonal to collarbone
2. Backhand Diagonal to collarbone
3. Forehand Horizontal to to ribs or elbow
4. Backhand Horizontal to ribs or elbow
5. Thrust to stomach
6. Palm up Thrust to chest
7. Palm down thrust to chest
8. Downward strike to top of head
9. Upward diagonal from right to left
10. Upward diagonal from left to right
11. Downward strike to top of head
12. Upward Thrust to throat

Cacoy Doce Pares Eskrima 12 Strikes
1. Downward strike to top of head (caveman)
2. Backhand strike to temple (shoulder for practice)
3. Forehand strike to temple
4. Backhand uppercut to ribs
5. Forehand uppercut to ribs
6. Backhand strike to hips
7. Forehand strike to hips
8. Backhand strike to knee
9. Forehand strike to knee
10. thrust to opponents right eye/neck
11. thrust to opponents left eye/neck
12. thrust to opponents solar plexus/ jam up.

Doce Pares Eskrima
1. Diagonal forehand strike to left shoulder
2. Diagonal backhand strike to right shoulder
3. Horizontal forehand strike to left ribs
4. Horizontal backhand strike to right ribs
5. Palm down thrust to stomach
6. Palm up thrust to stomach
7. Diagonal forehand strike to left knee
8. Diagonal backhand strike to right knee
9. Palm down thrust to chest
10. Palm up thrust to chest
11. Downward strike to top of head
12. Backhand strike (Witik) to temple

Pekiti-Tirsia Kali Basic 12 Angles
1. Forehand Horizontal to ear
2. Backhand Horizontal to ear
3. Forehand Horizontal to ribs or elbow
4. Backhand Horizontal to ribs or elbow
5. Low line thrust to the groin or prostate gland
6. Backhand Diagonal cavical to opposite foot
7. Forehand Horizontal to knee
8. Backhand thrust to solar plexus
9. Forehand thrust to heart
10. Two handed downward slash from top of head to either foot
11. Two-handed grip thrust driving 45 degrees downward into the bridge of the nose
12. Single hand thrust driving 45 degrees into the bridge of nose with simultaneous palm strike to groin with live hand.

San Miguel Eskrima Momoy Canete
1. Diagonal forehand slash to neck or collarbone
2. Diagonal backhand slash to neck or collarbone
3. Horizontal forehand slash to waist, hip, or elbow
4. Horizontal backhand slash to waist, hip or elbow
5. Thrust to lower right quadrant – palm down
6. Thrust to lower left quadrant – palm up
7. Upward forehand diagonal slash to knee or hip
8. Upward backhand diagonal slash to knee or hip
9. Thrust to upper right quadrant – palm down
10. Thrust to upper left quadrant – palm up
11. Vertical slash downward to crown of head
12. High palm-down thrust to temple or eye

Illustrisimo Numbering System
1. Downward diagonal from right to left
2. Horizontal from left to right
3. Horizontal from right to left
4. Downward diagonal from left to right
5. Stab to midsection thumb up
6. Upward diagonal from left to right
7. Upward diagonal from right to left
8. Stab to shoulder/neck thumb up
9. Stab to shoulder/neck thumb down
10. Vertical downward strike through top of skull
11. Low downward diagonal from right to left
12. Low downward diagonal from left to right

Lameco Escrima
1. left ear (forehand)
2. right knee (back hand)
3. left knee (fh)
4. right ear (bh)
5. thrust to stomach (forhand palm down)
6. right elbow (bh)
7. left elbow (fh)
8. thrust solar plexus (bh palm up)
9. right collar bone (bh)
10. thrust heart (fh palm down)
11. left collar bone (fh)
12. crown of head (fh)

WEDO Ocho Teros – Eight Count
1. Forehand Diagonal to collarbone
2. Backhand Diagonal to collarbone
3. Upward diagonal from right to left
4. Upward diagonal from left to right
5. Thrust to stomach
6. Palm up Thrust to chest
7. Palm down thrust to chest
8. Downward strike to top of head

Cinco Teros - Five Counts
Angle 1- 45 degree strike to the upper region
Angle 2- Left side 45 degree strike to upper region
Angle 3- Right side 90 degree strike to mid region
Angle 4- Left side 90 degree strike to mid region
Angle 5- straight thrust to mid section

Dalam Arnis-Eskrima, diajarkan blocking system yang dilanjutkan dengan counter dan trap-locking terhadap angle attack. salah satu hal yang unik adalah semua part of trap-locking counter, bisa saling tukar menukar tempat...

Semisal:
angle 1 trap-locking A
angle 2 trap-locking B
angle 3 trap-locking C
angle 4 trap-locking D
angle 5 trap-locking E
angle 6 trap-locking F
dan seterusnyah...

trap-locking ABCDEF tersebut bisa dipakai pada angle 1, angle 2, angle 3 dst, Arnis-Eskrima adalah suatu konsep yang dinamis dan sederhana...

Double stick, Single stick, Espada y Daga, Knife, emptyhand semua dalam satu pola yang sama, belajar stickfighting otomatis juga belajar pedang, belajar pisau dan juga belajar tangan kosong.

Satu bentuk trap-locking dalam arnis-eskrima bisa berkembang pada bentuk trap-locking yang lainnyah...

Silabus dalam counter-trap-locking adalah sebagai mewakili satu "konsep pola", tetapi secara umum untuk counter terhadap satu angle bisa berkembang ke arah apa sajah sesuai dg flow yang terjadi, dalam hal ini menguasai "konsep" sangat penting, tanpa hal tersebut tidak akan ada perkembangan dalam belajar FMA. (hartcone)