Olahraga Beladiri Dan Seni Beladiri Seharusnya Saling Menunjang Part #3

Sunday, August 3, 2008

Olahraga Beladiri Dan Seni Beladiri Seharusnya Saling Menunjang Part #3

Ditinjau dari budaya barat, bela diri lebih populer memakai kata "martial arts", kata "martial" diambil dari nama Mars, dewa perang Romawi kuno. "martial arts" secara harafiah bisa bisa diatrikan sebagai seni perang, kata ini sudah populer di Eropa pada abad 15 (tetapi ini menurut literatur lho, hanya mengutip, jadi ga tau kalau ada referensi yang lebih valid)

Selain itu dalam tinjauan budaya barat ada pula kata "self defence", dalam bahasa Indonesia populer sengan istilah "seni bela diri" yang berarti cara mempertahankan diri sebagai satu eksistensi yang mempunyai hak bebas berkehendak sebagai mahluk hidup dari serangan secara fisik oleh orang lain baik perorangan atau kelompok. Self defence atau seni bela diri lebih menunjukkan sisi pasif dari martial arts, dimana setelah ada aksi baru ada reaksi, ketika tidak ada aksi sama sekali otomatis akan ada dalam suatu keadaan diam atau pasif. dan itu sudah diterangkan dengan gamlang diatas oleh para sahabat silat.

Konteks beladiri saat ini adalah Martial Way, nah ini kan sudah beda, bukan war/perang lagi yang diutamakan tetapi menjadi "jalan, path, atau way", dg kata lain beladiri sudah disantunkan. Ini sangat terlihat jelas sekali pemisahannyah dalam Beladiri jepang, pada Restorasi Meiji (1868) dimana ada "gendai budo" dan "koryu bujutsu", dg pemisahan pengakhiran "do" dan "jutsu", dimana setiap "do" adalah dipelajari orang sipil, dan "jutsu" tetep dipelajari militer, Dan kalau kebetulan kita semua yang bincang2 ini adalah bukan orang2 yang punyah: Lisence to Kill, semua pembicaraan ini tentunyah masuk dalam koridor "do"/"way" sajah.

Dalam perkembangannya tentunya dibuat pula tiruan dari pertarungan/perkelahian sebenarnya dalam bentuk "pertandingan", Nah dari situ sebenarnya apa yang terjadi? Dalam kenyataannya ada yang membuat penyantunan atau penghalusan Seni Beladiri itu dengan memberikan muatan Spiritual dan Flilosofi, berarti ada self kontrol dengan kesadaran diri tapi tetap bermuatan "Seni Beladiri Seutuhnya "tau teknik berbahaya tapi karena hanya pertandingan maka tidak dipakai, tapi karena system yang terus berkembang mungkin disadari atau tidak telah terjadi penyunatan terhadap muatan nilai dari Beladiri itu sendiri. Satu Seni Beladiri yang tadinya "lethal" dan mematikan, semua teknik yang berbahaya disunat dan tidak diajarkan, dan itu berkembang dari generasi ke generasi dimana pada akhirnya akan menimbulkan satu kelompok generasi yang "tidak tahu".

Karena tidak ada pemisahan dan kebetulan yang lebih gencar di ekspose adalah yang "Pertandingan Beladiri" dg liputan berbagai media, pada akhirnya tidak jarang Seni Beladiri sendiri jadi dipertanyakan dan ada begitu banyak perbandingan2 yang dibuat.

Bagaimana dengan kita sendiri? dimanakah kita akan memposisikan diri? "mumpuni" hanya dipertandingan? (sambil nunjuk diri sendiri yang masih cindil dalam "level" pertandingan) atau mumpuni secara Seni Beladiri seutuhnyah? Dan itu semua bisa dijadikan perenungan buat kita arah mana yang akan dituju pada masing2 pribadi dalam Seni Beladiri...

Semoga bisa dipahami maksud dan tujuan penulis, penulis hanyalah seorang pecinta beladiri yang amatiran yang jauh dari sempura, kalau tidak berkenan dimohon maaf yang sebesar2nyah, trimakasih... (HC)

0 comments:

Post a Comment