W i s a

Thursday, April 24, 2008

W i s a

Racun adalah krama ngoko dari kata upas atau wisa yang berasal dari tetuwuhan. Ia merupakan gas atau zat yang dapat mematikan, menyakitkan dan merusak apabila diserap oleh makhluk hidup. Ia dapat berupa racun yang menyerang perut, seperti arsenikum atau persenyawaan fluor, garam tembaga, racun-racun organik dan sintetik. Namun dapat juga berupa racun- kontak, yakni yang memasuki pakaian atau pori-pori pernapasan (melalui persentuhan), yang terdiri atas persenyawaan belerang, minyak-minyak petroleum, zat-zat dari ter batu arang, bunga-bungaan atau tetumbuhan lain.

Dalam lingkungan hidup masyarakat, banyak digunaka fungsi racun (yang tidak kuat) untuk kepentingan praksis. Misalnya, kebiasaan dalam menangkap ikan air dengan cara men-jenu, yakni menggunakan pengaruh racun jenu, sehingga ikan mabuk. Karena itu tidak mengherankan, jika mudah ditemukan pelbagai tetumbuhan yang mengandung unsur racun ringan. Daun rawe, kecubung, ceguh, sembirit, buah bintaran. Atau penawar seperti air degan ijo (untuk warangan), daun klampis (untuk rawe), air enjet (untuk kecubung), tembahai (untuk racun ular). Bahkan orang Jawa mengenal pelbagai makanan yang terbuat dari bahan yang mengandung racun dan sering menimbulkan akibat yang disebut mendem (mabuk). Seperti tempe bongkrek, gadhung, ketela jawa; juga penggunaan mbako-enak untuk nginang.

Sejarah tradisional Jawa tidak banyak memiliki catatan tentang penggunaan racun secara langsung oleh kelompok-kelompok kekuasaan, untuk menyingkirkan lawan politik.Penggunaan racun secara langsung dalam politik, biasanya digunakan untuk balas dendam atau bunuh diri. Ini sering menjadi gosip istana di tengah pemberontakan para pangeran akhir pemerintahan Amangkurat Jawi di Kartasura (1726). Setelah penyakit raja disembuhkan Damarjati dari Jagaraga, sebulan kemudian tubuhnya bengkak-bengkak dengan noda merah kebiruan, setelah minum obat yang disiapkan ibunya yang buata, dan dicurigai mengandung racun. Pada pemerintahan Amangkurat I di Plered, Tumenggung Wiraguna yang tidak disukai raja, bersama Tumenggung Danupaya ditugaskan menaklukkan pemberontakan Adipati Tawangalun di Belambangan. Tumenggung Danupaya akhirnya bunuh diri dengan minum racun, setelah mendengar Wiraguna meninggal dunia di Kediri setelah minum obat saat sakit, justru setelah berhasil memperoleh kemenangan atas pasukan musuh.

Orang Jawa, banyak menggunakan racun untuk kepentingan dalam pengobatan maupun penguat fungsi dalam persenjataan. Dalam pengobatan, biasanya digunakan pebagai unsur yang berasal dari tetumbuhan, baik yang mengandung racun atau tidak, diramu dan diolah untuk penyembuhan penyakit. Juga untuk kepentingan pembersihan racun yang ada dalam tubuh seseorang, yang masuk melalui cara tenung atau teluh termasuk unsur racun dari makhluk halus seperti jin, misalnya dengan menggunakan campuran bahan, yang di antaranya terdapat jinten dan madu. Dalam persenjataan, racun digunakan untuk keindahan dan keampuhan. Keris, tombak, pedang, menggunakan warangan, yakni bahan mineral yang mengandung arsenikum, untuk mengawetkan tampilan keris dengan memperjelas gambar pamor agar terlihat indah. Namun ada pula yang bermaksud memanfaat racun untuk alat pembunuh. Misal dengan cara memberi ramuan racun, yang diolah dari unsur binatang seperti katak atau ketonggeng, dan tetumbuhan yang getah atau daunnya mengandung unsur racun keras atau menyakitkan. Pohon upas (antiaris toxicaria), mengandung getah susu beracun yang biasa digunakan untuk racun panah.

Dalam rangka mengalahkan lawan, juga terdapat cara-cara penggunaan racun yang dikirimkan kepada pihak yang dianggap musuh, melalui ilmu hitam ataupun serangan-serangan dengan cara halus. Misalnya, berkembangnya kelompok ilmu upas-upasan dari daerah Banten, yang umumnya merupakan bagian dari ilmu yang alurnya, diyakini berasal dari metoda-metoda Bathari Durga. Ini juga berkembang di beberapa kelompok pemakainya di wilayah bagian selatan dan timur pulau Jawa, yang secara khusus memang dikembangkan oleh tokoh alam halus seperti Dyah Kalayuwati atau Kalasiwah. Pada umumnya, senjata-senjata yang digunakan kelompok-kelompok dalam alam panjiman yang berbentuk jenis binatang melata atau banaspati, banyak mengandung unsur racun.

Hanya cara pengiriman racun-racun dan benda-benda lain kepada pihak manusia yang menjadi sasaran, tidak dapat ditangkap secara langsam dengan indera jasmani manusia. Kecuali bagi mereka yang benar-benar berhati jujur dan bersih, ataupun pula mereka yang benar-benar berpengalaman.(MT Arifin)

0 comments:

Post a Comment