Renungan Harian: Krisis dan Pendekar

Monday, May 26, 2008

Renungan Harian: Krisis dan Pendekar


Renungan Harian: Krisis dan Pendekar

Salam pendekar dan salam kesatria!

Hari Sabtu yang lalu tepatnya tanggal 24 Mei ada suatu yang janggal di area perumahan saya di Grenvil, Jakarta Barat. Sabtu yang identik dengan jalan yang ramai dan asap kendaraan yang sering membuat saya kesal karena polusi dan sering mengurungkan niat saya untuk berlatih di pelataran luar rumah tiba-tiba hilang.

Kejanggalan ini mengingatkan saya terhadap film-film Zombie seperti 28 weeks later dimana kota London berubah menjadi kota mati karena serbuan kawanan Zombie... sepinya jalanan di perumahan saya pada hari itu tentu bukanlah karena serbuan Zombie namun setelah berjalan mengelilingi perumahan sambil bertanya-tanya jawaban yang saya temukan menjelaskan raibnya asap knalpot, deretan mobil dan keramaian pada hari itu.

Entah karena kepanikan massal akibat naiknya harga BBM dengan segala implikasi sosialnya, entah siapakah provokatornya, entah siapakah pihak pengecut yang memanfaatkan rasa takut masyarakat dengan menyebarkan berita ”iseng”, namun berita iseng ini kurang lebih berbunyi: ”Hati-hati! Naiknya BBM memicu demo dimana-mana, Jakarta Siaga 1 dan ada beberapa oknum yang disinyalir ingin mengulang kerusuhan Mei 2008”

Masyarakat di sekitar perumahan saya yang memang mayoritas komunitas Tiong-Hoa tidak mau mengambil resiko, trauma peristiwa Mei 2008 tentu belum terhapus. Dan tidak satu pun instansi di pemerintah yang bisa menjamin bahwa perumahan ini dan segenap warga yang tinggal di dalamnya bebas dari perilaku destruktif amukan massa yang ”brutal, irasional, paranoid, xenophobic dan sakit” saat terjadi kerusuhan.

Saya pun berpikir, berharap dan berdoa bahwa skenario tersebut tidak terulang kembali dan tentunya mempersiapkan diri secara mental, fisik dan teknis sambil membereskan dan membersihkan aneka ”koleksi mainan” saya yang telah saya kumpulkan dari berbagai penjuru dunia dari kukri, toya, ninja-to, cold steel knives, taser guns, handgun etc. dan memohon kepada Yang Maha Kuasa bahwa rangkaian benda baja dan besi yang ada di hadapan saya seterusnya akan menjadi koleksi saja dan tidak harus keluar dari sarungnya karena alasan apapun.


Sudah bukan rahasia umum bahwa dunia sedang dalam krisis yang sedang menyebabkan pergolakan sosial. Indonesia pun tidak luput dari social unrest ini, yang kemudian menjadi renungan harian saya adalah: Where will you stand?

Sebut saja saya seorang seniman bela diri yang idealis atau roman picisan; namun prinsip saya adalah sebagai pribadi berjiwa kesatria dimanapun, kapanpun dan dalam bentuk apapun jika saya bisa berkontribusi secara positif bagi masyarakat di situlah penyempurnaan makna seniman dan latihan bela diri bagi saya…

Mungkin inilah yang inti cerita dari renungan harian saya. Karena sebagai seniman bela diri tidaklah lengkap bila seorang seniman bela diri bisa menghiraukan the warrior code; the combative spirit and the will to protect those in mortal or destruction peril from violent individuals/ groups. Saya tidak menyarankan untuk angkat senjata dan melawan setiap kebatilan dengan kekerasan namun yang saya usulkan adalah mengingat kembali bahwa setiap individu di forum ini mempunyai suatu skill atau knowledge diatas rata-rata orang awam yang tentu suatu saat mungkin akan membutuhkan uluran tangan anda untuk perlindungannya di saat krisis. Jadi saudara-saudaraku, semangatlah dalam berlatih karena dalam kondisi negara kita yang sedang krisis tugas “mengulurkan tangan” anda bisa terjadi kapanpun! Semoga forum ini bisa terus memperat tali persaudaraan antar kita dan mengingatkan kita semua bahwa kontribusi kita dalam bentuk apapun ke masyarakat saat krisis seperti ini bisa menjadi bagian dari perjalanan kita, dan penemuan kita akan makna menjadi seniman bela diri yang berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa.

Salam pendekar dan salam kesatria

Ueno

0 comments:

Post a Comment