Sejarah Wing Chun Kuen (Part 2)

Monday, May 21, 2012

Sejarah Wing Chun Kuen (Part 2)

Leung Bok Chao Dan Leung Lan Kwai

Yim Wing Chun akhirnya menikah dengan tunangannya Leung Bok Chau. Ia berhasil menurunkan teknik yang dipelajarinya dari Ng Mui ini kepada suaminya. Leung Bok Chao sendiri pernah mempelajari bela diri, dan rajin berlatih di waktu senggangnya. Setelah pernikahan mereka, Wing Chun sering berdiskusi dengannya tentang teknik-teknik pertarungan. Awalnya ia meremehkan Wing Chun, karena menganggap Wing Chun adalah wanita yang lemah. tetapi Wing Chun berhasil memperoleh kesempatan untuk berlatih dengan suaminya dan berhasil mengalahkannya setiap kali mereka berlatih. Leung Bok Chao pun akhirnya sadar bahwa Wing Chun bukanlah seorang wanita lemah, tetapi seorang ahli seni bela diri. Sejak saat itu ia mengagumi teknik istrinya dan sering berlatih berdua. Ia menyebut teknik ini "Wing Chun Kuen" untuk menghormati istrinya.

Leung Bok Chao kemudian meneruskan teknik Wing Chun Kuen ini kepada Leung Lan Kwai, seorang tabib ahli tulang yang tidak pernah menonjolkan kemampuannya dalam bela diri. Bahkan keluarga dan sahabat-sahabatnya tidak mengetahui akan keahliannya dalam Wing Chun Kuen ini. Rahasia ini hanya sekali ditunjukkan, ketika ia membantu seorang pesilat yang sedang dikeroyok oleh sekelompok pesilat lain. Bagaimanapun juga, ia selalu berusaha untuk tidak menyombongkan diri dan menerapkan pesan pendahulunya, yaitu "tidak mengungkapkan keahlian Wing Chun Kuen kepada orang lain".

Wong Wah Bo Dan Leung Yee Tei

Walaupun ia menutup mulut tentang Wing Chun Kuen, Leung Lan Kwai meneruskan teknik ini kepada Wong Wah Bo, walaupun secara kebetulan. Wong Wah Bo adalah seorang aktor dari perkumpulan opera Cina. Pada jaman ini, aktor opera Cina disebut "Pengikut Perahu Merah (The Red Junk)". Leung Lan Kwai sebenarnya tidak ingin menerima murid, tetapi sifat-sifat Wong Wah Bo yang memiliki rasa keadilan yang tinggi membuat Leung Lan Kwai bersedia menerimanya sebagai murid.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak dari para pengikut perahu merah mengerti kung fu. Karena riasan yang mereka kenakan saat tampil di panggung, identitas mereka sulit diketahui. Itulah sebabnya banyak pengikut Shao Lin bergabung dengan perkumpulan opera ini untuk bersembunyi dari kejaran pemerintah Manchuria. Tetapi menyimpan rahasia tetap merupakan hal yang sulit. Banyak dari para pengikut Shao Lin yang membuka rahasianya kepada orang yang mereka percaya. Untungnya tidak ada di antara orang kepercayaan ini yang melaporkannya ke pemerintah Manchuria. Salah satu dari pengikut Shao Lin ini adalah Master Chi Sin, yang sudah diceritakan pada awal cerita ini. Ia menjadi pahlawan perkumpulan ini dan mengajarkan kepada mereka teknik-teknik bela diri Shao Lin dan mempersiapkan mereka untuk melawan pemerintah Manchuria jika saatnya tiba.

Salah satu murid Master Chi Sin adalah Leung Yee Tei. Ia bukan aktor tetapi salah satu petugas kapal yang bertugas mengemudikan perahu dengan menggunakan tongkat panjang. Di antara semua teknik yang diajarkan Master Chi Sin, yang sangat dikaguminya adalah teknik menggunakan tongkat panjang. Untung bagi Leung Yee Tei, Master Chi Sin adalah ahli menggunakan "tongkat panjang enam setengah point" dan menganggap Leung Yee Tei cukup pantas untuk menjadi penerus teknik ini.

Wong Wah Bo sang aktor adalah salah satu penghuni kapal yang dikemudikan Leung Yee Tei. Ia sangat mengagumi teknik tongkat Leung Yee Tei, sebaliknya Leung Yee Tei mangagumi teknik Wing Chun dari Wong Wah Bo. Mereka saling bertukar pengetahuan. Hasilnya Leung Yee Tei menjadi penerus teknik Wing Chun dan teknik Wing Chun sendiri bertambah dengan masuknya teknik tongkat panjang enam setengah point, di samping teknik golok Pa Chan Tao yang sudah ada dalam Wing Chun. Saat bertukar kepandaian, mereka menyadari bahwa mereka dapat meningkatkan kemampuan masing-masing dengan menambahkan hal-hal yang telah mereka pelajari satu sama lain. Contohnya, teknik tongkat panjang enam setengah point dapat diperbaiki dengan memasukkan teknik Wing Chun ke dalamnya. Mereka lalu menerapkan teknik Chi Sau (tangan menempel) dan berhasil menciptakan teknik yang diberi nama Chi Kwun (tongkat menempel). Lebih jauh lagi, mereka berhasil meningkatkan daya guna tongkat dengan mengurangi jarak antara kedua lengan yang memegang tongkat, dan mengubah gerak kakinya menjadi seperti gerak kaki gaya tangan kosong.

Leung Jan Dari Fat Shan

Di masa tuanya Leung Yee Tei meneruskan teknik-teknik Wing Chun dan tongkat panjang enam setengah point ke Leung Jan, seorang tabib terkenal dari Fat Shan, satu dari empat kota terkenal di propinsi Kwang Tung, Cina selatan. Fat Shan yang merupakan persilangan dari beberapa jalur transportasi ramai dekat Sungai Mutiara, adalah sebuah kota perdagangan yang terkenal dan berpenduduk padat. Banyak pejabat pemerintah, pedagang-pedagang besar, buruh, dan orang-orang biasa tinggal di sini. Leung Jan, pemilik sebuah toko obat ramuan tradisional, dibesarkan dalam keluarga yang baik, berpendidikan, dan sopan. Selain mengurus Toko Obat Jan Shan di Jalan Sumpit di Fat Shan, ia juga membuka praktek tabib. Ia cukup profesional dalam bidang ini, dan dipercaya oleh masyarakat sekitarnya. Bisnisnya maju. Di waktu senggang ia suka membaca buku, dan juga seni bela diri. Ia tak ingin sembarangan memilih guru untuk belajar bela diri. Ia tak menyukai jurus dan kuda-kuda lebar yang terlihat ganas. Sistem yang menitik beratkan kekuatan fisik dan kasar tidak disukainya, demikian juga dengan gaya-gaya indah tetapi tidak praktis untuk perkelahian. Yang ia inginkan adalah gaya yang praktis dan bermanfaat, walaupun sederhana. Bertahun-tahun ia mencari guru dan sistem bela diri yang ideal, hingga pada suatu saat ia bertemu dengan Leung Yee Tei dan belajar teknik Wing Chun darinya.

Dalam waktu yang tak terlalu lama, Leung Jan telah dijuluki "Raja Kung Fu Wing Chun". Ketenarannya ini menarik perhatian para penantang. Orang-orang ambisius memaksa bertarung dengannya, tetapi semuanya dikalahkan dengan cepat. Jika orang-orang mendengar nama Leung Jan, mereka akan mengingat gelarnya "Raja Kung Fu Wing Chun" dan peristiwa ia mengalahkan lawan-lawannya. Sampai sekarangpun para generasi tua masih membicarakan tentangnya dengan penuh semangat.

Wah Si Manusia Kayu, Leung Tsun, Dan Wah Si Penukar Uang

Ketertarikan Leung Jan terhadap Wing Chun memaksanya untuk menerima beberapa orang murid, termasuk kedua anaknya, Leung Tsun dan Leung Bik. Walaupun demikian ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai pengajar profesional. Ia mengajari mereka Wing Chun setiap sore hari setelah selesai mengurus tokonya.

Di antara murid-muridnya ada seorang yang dijuluki Wah Si Manusia Kayu. Nama ini didapatnya karena sepasang tangannya yang kuat dan sekeras kayu. Ia sering mematahkan orang-orangan kayu pada saat latihan. Setiap sore, ia belajar Wing Chun bersama saudara-saudara seperguruannya dibawah bimbingan Leung Jan.

Di sebelah toko Leung Jan, ada kios penukaran uang milik Chan Wah Sun, yang dijuluki Wah The Money Changer (Wah Si Penukar Uang). Ia sangat ingin belajar kung fu dan ingin belajar dari guru kung fu terkenal. Karena kiosnya tepat di sebelah toko obat Leung Jan yang sangat dikaguminya, ia sangat ingin meminta Leung Jan untuk menerimannya menjadi murid. Tetapi karena Leung Jan adalah pria terhormat dari keluarga terkenal dan juga pemilik toko yang cukup berada, Wah Si Penukar Uang merasa malu untuk meminta Leung Jan mengajarinya. Lagi pula ia tidak tahu apakah Leung Jan bersedia menerimanya atau tidak. Tetapi keinginannya yang kuat dan rasa hormatnya terhadap Leung Jan memberikan harapan besar baginya. Setiap hari sesudah segala pekerjaan selesai dan jalan mulai sepi, ia mengendap-endap ke pintu Leung Jan dan mengintipnya mengajar kung fu dari celah pintu. Leung Jan menjadi idolanya. Setiap gerakan tangan dan kakinya ia pelajari baik-baik dan sangat membekas pada dirinya. Semakin hari keinginannya untuk belajar menjadi semakin tebal.

Suatu hari ia merasa sudah saatnya untuk datang pada Leung Jan dan memintanya mengajari kung fu. Tepat seperti dugaannya Leung Jan menolak dengan halus. Ia kecewa, tetapi tidak putus asa. Ia memikirkan cara untuk memenuhi keinginannya. Pada saat Leung Jan sedang tidak berada di tokonya dan Leung Tsun, anak tertua Leung Jan, sedang sendirian, Wah Si Manusia Kayu membawa seseorang datang ke toko obat Leung Jan. Orang ini sesungguhnya adalah Wah Si Penukar Uang. Leung Tsun, yang merasa lebih hebat, menerima tantangan ini, untuk menguji seberapa tinggi pengetahuan sang murid gelap ini. Leung Tsun sesungguhnya tidak segiat saudara seperguruannya, Wah Si Manusia Kayu, dalam mempelajari Wing Chun. Segera setelah kedua tangan mereka bersentuhan, Wah Si Penukar uang sadar bahwa lawannya tidak sehebat yang ia duga. Pada suatu ketika Wah Si Penukar Uang berhasil memasukkan sebuah pukulan lurus dan Leung Tsun pun terjatuh tepat menimpa kursi kesayangan ayahnya. Patahlah salah satu kaki kursi itu. Mereka takut dimarahi oleh Leung Jan oleh karena itu mereka lalu berusaha menyambung kembali kaki kursi itu.

0 comments:

Post a Comment