Mata Keranjang dalam Martial Arts

Saturday, February 23, 2008

Mata Keranjang dalam Martial Arts

Dalam kehidupan se-hari2 sering kita dapati istilah ‘mata keranjang’ dilontarkan kepada seseorang yg memiliki hobi jelalatan saat melihat cewek cuantik, mulus, bahenol dsb lewat di depan matanya. Dan tak jarang penyakit mata jelalatan ini dilengkapi pula dengan kebiasaan2 tidak senonoh lainnya yg berupa pikiran2 (imajinasi) kotor tentang betapa asoy-nya jika dia bisa berkencan dengan cewek yg di-jelalati tsb. Pada level yg paling parah, si cowok mata keranjang ini akan memburu si cewek untuk segera ditahlukkan.

Maaf, penulis tidak bermaksud untuk membahas penyakit laki2 dalam sebuah blog martial arts. Namun hanya meminjamnya sebagai analogi terhadap apa yang penulis lihat sebagai ekses dari urusan per-beladiri-an (baca: laki2) di dalam kehidupan se-hari2. Tulisan ini juga tidak dimaksudkan untuk menciderai perasaan para pelaku beladiri, siapa, aliran apa dan di manapun anda berada, namun lebih bersifat sebagai sebuah pertanyaan yg memerlukan jawaban jujur dari hati yg mulia setiap insan pebela diri.

Belajar Bela Diri dan Percaya Diri

Tak bisa dipungkiri bahwa setiap orang yg belajar bela diri memiliki motif yg beragam. Tentu saja karena kondisi setiap orang memang berbeda. Yg berbadan lemah dan sakit2an (nyindir diri sendiri) ikut latihan beladiri dengan tujuan agar menjadi lebih fit, lebih segar dan tentu saja agar lebih sehat. Yg bermental penakut (eh nyindir lagi) ingin menjadi sosok yg lebih ‘jantan’ dan ‘heroik’. Yg hobi berantem di jalanan ingin sadar dan masuk dojo agar bisa mengendalikan emosinya. Siapa tahu malah bisa menjadi juara dalam turnamen dan dapat hadiah banyak. Lumayan ketimbang babak belur di jalanan tanpa ada bayaran. Yg berprofesi sebagai petugas keamanan berlatih bela diri untuk meningkatkan profesionalisme-nya dalam bertugas. Yg banyak duit juga berlatih dan bikin dojo untuk membangun sebuah komunitas bela diri. Dst. Dst. Dsb. Semuanya tentu positif dan sangat bermanfaat. Meskipun pada kenyataanya juga ada yg ikut beladiri untuk hal2 negatif seperti (maaf) para pencuri, perampok atau bahkan ‘teroris’. Mereka mencari ilmu untuk tujuan merugikan orang lain. Tetapi, meskipun salah, mereka ini tetap dalam tujuan yg mulia, yakni mencari rejeki untuk menghidupi anak2 mereka. It’s not about martial arts, tetapi ini kembali ke urusan (perut) manusia-nya. Bela diri tak ubahnya teknolgi internet. Bisa digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan, namun sebaliknya bisa dipakai juga untuk menipu orang. Semua kembali kepada user-nya.

Pada masa2 awal seseorang mengikuti latihan bela diri, dia akan merasa semakin percaya diri ketimbang sebelum latihan. Secara psikologis ini bisa saja terjadi. Penjelasannya sangat sederhana. Karena dia sekarang merasa memiliki banyak teman, dan sebuah komunitas bela diri yg ‘dianggapnya’ akan siap membantu dirinya jika terjadi sesuatu di luar dojo. Tentu yg dimaksud adalah hal2 yg berkaitan dengan konflik social yg mungkin menimpanya. Kejadiannya agak2 mirip dengan seseorang yg keluar dari bioskop usai memutar film2 Bruce Lee, Jackie Chan, jet Lee, Donnie Yen atawa Van Damme. Dia akan keluar gedung dengan dada di-bidang2kan dengan pandangan mata siaga dan waspada seakan sedang berada dalam sebuah pertarungan di film yg baru ditontonnya. Entah ini gejala apa namanya (atau mungkin ini ada hubungannya dengan penelitian yg dilakukan oleh Ivan Petrovich Pavlov - pakar psikologi tentang perilaku manusia di tahun 1800-an). Kondisi ini mungkin bisa dimaklumi jika mengingat si ‘praktisi’ bela diri ini masih sabuk putih alias pemula. Tetapi, pride yg berlebihan terhadap aliran, dojo ataupun figur2 yg ada di tempat dia berlatih acapkali tidak disadari akan menyeret seseorang untuk berlaku berlebihan. Menganggap dojo-nya lebih bagus dibanding Dojo lainnya. Menganggap dirinya lebih kuat dibanding orang lain yg ditemuinya. Dst. Dst.

Di luar dojo, model (sikap dan perilaku) orang yg seperti ini akan menjadi selalu ‘lapar mata’ untuk berlatih bela diri. Yg dulunya menundukkan kepala karena minder, setelah beberapa bulan berlatih, akan berjalan dengan badan tegap (meskipun kerempeng) dan selalu menatap mata setiap orang yg berjalan di depannya. Tak jarang karena rasa PDOD (percaya diri overdosis)-nya, sesekali sia akan berjalan dengan gaya footwork seorang petinju (atau malah lebih mirip gaya berjalan seorang model di channel FTV). Pada tahap ini, martial arts sudah tidak lagi menjadi sebuah self defense sebagaimana awalnya dia berlatih, tetapi malah menjerumuskannya ke dalam potensi konflik saat seseorang dengan ‘pride’ yg sama berjalan berpapasan dengannya dan ter-provokasi. Pebeladiri yg terjangkiti ‘penyakit’ lapar mata ini seringkali over-reacted. Ada orang memegang dan mengelus hidung saja (karena mau buang ingus) akan diterjemahkannya sebagai sebuah tantangan. Ini akibat saking seringnya menonton film Bruce Lee yg demen bergaya ‘buang ingus’ sebelum memulai fighting. Ada orang mengangkat sedikit celana panjangnya sudah akan dianggap sebagai seseorang yg akan melakukan roundhouse kick ke arahnya. Aya2 wae!

Inilah yg penulis maksud dengan penyakit Mata Keranjang dalam martial arts. Jika seorang hidung belang selalu jelalatan dan berusaha menggaet cewek cantik untuk ditaklukkannya dalam sebuah turnamen gulat tertutup ( ....uups!), maka seseorang yg mata keranjang dalam martial arts adalah mereka yang selalu jelalatan matanya mencari lawan untuk ditaklukkan dalam duel jalanan. Bedanya, jika si hidung belang melakukannya karena tuntutan libido yang meledak-ledak, maka si petarung belang (sebutan baru nih) melakukannya demi alasan harga diri dan kehormatan yang disandang oleh perguruannya. Dalam situasi seperti ini, slogan bela diri bergeser menjadi ‘best defense is offense’

Dari Mata turun ke Tinju

Pandangan mata memang ibarat anak panah sedangkan mata sebagai busurnya. Pandangan mata yg dilesatkan ke mata orang lain tanpa tujuan yg jelas bisa diartikan sbg tantangan, yg kemudian memunculkan kalimat ADA APA LIAT LIAT ….. NANTANG? Kalau sudah begini sebuah partai MMA tanpa limitasi waktu dan aturan bakalan digelar gratis. Dalam pertarungan jalanan biasanya berlaku ‘No rule is the rule’ atau ‘anything goes’. Colok mata, tanduk kepala, tendang kemaluan atau bahkan gigit kuping ala Mike Tyson sah2 saja dilakukan, dan kemenangan hanya bisa diperoleh melalui KO atau submission tap out.. No judge decision karena tak ada wasit di sana, karena ‘ring’ hanya dijejali oleh ‘penonton’ yg bukannya mencegah konflik tetapi malah mem-provokasi ke dua pihak untuk segera memulai adegan fighting. Both fighters - Yg menang ataupun yg kalah, biasanya langsung dikirim ke RS terdekat untuk berobat sebelum mereka berurusan dengan polisi. Syukur2 tak ada cidera permanen.

Itu terjadi kalau ke dua pihak masih cukup pede dengan kemampuan ‘bela diri tangan kosong’-nya, lalu bagaimana jika mereka saling mengeluarkan senjata – baik tajam maupun tumpul? Partai NHB akan segera menjelma menjadi partai ‘stick / knife fighting’. Seorang rekan yg praktisi beladiri per-pisau-an pernah bercerita bahwa dalam sebuah pertarungan dengan senjata, yg menang ataupun kalah bakalan sama2 besar kemungkinan mendapatkan luka. Lha iya, gimana nggak?

Pesan yg ingin disampaikan dalam posting gado2 ini adalah betapa pentingnya menjunjung tinggi semangat persaudaraan di antara para pelaku beladiri pada khususnya, dan di dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya demi mewujudkan keamanan dan kenyamanan di sekitar lingkunagn kita. Janganlah kita dibutakan oleh harga diri dan kehormatan sebuah aliran. Orang akan menghormati sikap dan perilaku santun kita, bukan pada stiker yg tertempel pada kendaraan atau logo2 martial arts tertentu pada t-shirt kita.

Santun di matras. Santun di atas ring. Dan santun di dalam kehidupan bermasyarakat. Adalah sosok yang ideal. Seperti janji para petarung Muay Thai yg dikutip di bawah ini :

I will ensure that I am clean, strong and behave with honesty and integrity,
I will not bully those weaker than myself,
I will undertake good deeds to the benefit of others and be loyal to the nation,
I will avoid causing trouble of any kind,
We will be united and help one another whenever possible.

Junjung tinggi sportifitas dan semangat persaudaraan!

Tks to rekan Hartcone, saya jadi ge-er dapat undangan gabung di sini. Maklum, ada yg senyum2 di ujung sana!

Salam

Train Smart - Blog Hard!


0 comments:

Post a Comment