Thursday, February 21, 2008

Benjang (Seni Gulat Tradisional Indonesia)

Ada suatu keistimewaan dalam permainan banjang, disamping mempunyai teknik-teknik kuncian yang mematikan, benjang mempunyai teknik yang unik dan cerdik atau pada keadaan tertentu bisa juga dikatakan licik dalam hal seni beladiri, misalnya dalam teknik mulung yaitu apabila lawan akan dijatuhkan ke bawah, maka ketika posisinya di atas, lawan yang di angkat tadi dengan cepat merubah posisinya dengan cara ngabeulit kaki lawan memancing agar yang menjatuhkan mengikuti arah yang akan dijatuhkan, sehingga yang mengangkat posisinya terbalik menjadi di bawah setelah itu langsung yang diangkat tadi mengunci lawannya sampai tidak berkutik.

Menurut pendapat salah seorang sesepuh benjang yang tinggal di Desa Cibolerang Cinunuk Bandung, bahwa nama benjang sudah di kenal oleh masyarakat sejak tahun 1820, tokoh benjang yang terkenal saat itu, antara lain H. Hayat dan Wiranta. Kemudian ia menjelaskan mengenai asal-usul benjang adalah dari desa Ciwaru Ujungberung, ada juga yang menyebutkan dari Cibolerang Cinunuk, ternyata kedua daerah ini sampai sekarang merupakan tempat berkumpulnya tokoh-tokoh benjang, mereka berusaha mempertahankan agar benjang tetap ada dan lestari, tokoh benjang saat ini yang masih ada, antara lain Adung, Adang, Ujang Rukman, Nadi, Emun, dan masih ada lagi tokoh yang lainnya yang belum sempat penulis catat.

Seperti kita ketahui bahwa negara kita yang tercinta ini kaya dengan seni budaya daerah. Ini terbukti masing-masing daerah memiliki kesenian tersendiri (khas), seperti benjang adalah salah satu seni budaya tradisional Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung dan ternyata di daerah lainpun ada seni budaya tradisional semacam benjang, seperti di daerah Aceh disebut Gedou – gedou, di daerah Tapanuli (Sumut) disebut Marsurangut, di daerah Rembang disebut Atol, di daerah Jawa Timur disebut Patol, di daerah Banjarmasin disebut Bahempas, di daerah Bugis/Sulsel disebut Sirroto, dan di daerah Jawa Barat disebut Benjang.

Benjang merupakan suatu bentuk permainan tradisional yang tergolong jenis pertunjukan rakyat. Permainan tersebut berkembang (hidup) di sekitar Kecamatan Ujungberung, Cibolerang, dan Cinunuk yang mulanya kesenian ini berasal dari pondok pesantren, yaitu sejenis kesenian tradisional yang bernapaskan keagamaan (Islam), dihubungkan dengan religi, benjang dapat dipakai sebagai media atau alat untuk mendekatkan diri dengan Kholiqnya sebab sebelum pertunjukan, pemain benjang selalu melaksanakan tatacara dengan membaca do’a - do’a agar dalam pertunjukan benjang tersebut selamat tidak ada gangguan. Adapun alat yang digunakan dalam benjang terdiri dari Terbang, Gendang (kendang), Pingprung, Kempring, Kempul, Kecrek, Terompet (Tarompet), dan dilengkapi pula dengan bedug dan lagu sunda.

Dari pondok pesantren, kesenian ini menyebar ke masyarakat biasanya di masyarakat diselenggarakan dalam rangka memperingati upacara 40 hari kelahiran bayi, syukuran panen padi, maulid nabi, upacara khitanan, perkimpoian, dan hiburan lainnya, dan dapat pula mengiringi gerak untuk dipertontonkan yang disebut “DOGONG”.

Dogong adalah suatu permainan saling mendorong dengan mempergunakan alu (kayu alat penumbuk padi). Dari Dogong berkembang menjadi “SEREDAN” yang mempunyai arti permainan saling mendesak tanpa alat, yang kalah dikeluarkan dari arena (lapangan); kemudian dari Seredan berubah menjadi adu mundur, ini masih saling mendesak untuk mendesak lawan dari dalam arena permainan tanpa alat, memdorong lawan dengan pundak, tidak diperkenankan menggunakan tangan, karena dalam permainan ini pelanggaran sering terjadi terutama bila pemain hampir terdesak keluar arena. Dengan seringnya pelanggaran dilakukan maka permainan adu mundur digantikan oleh permainan adu munding.

Permainan benjang sebenarnya merupakan perkembangan dari adu munding atau adu kerbau yang lebih mengarah kepada permainan gulat dengan gerakan menghimpit lawan (piting). Sedangkan pada adu munding tidak menyerat - menyerat lawan keluar arena melainkan mendorong dengan cara membungkuk (merangkak) mendesak lawan dengan kepalanya seperti munding (kerbau) bertarung. Namun gerakan adu mundur, maupun adu munding tetap menjadi gaya seseorang dalam permainan benjang. Permainan adu munding dengan menggunakan kepala untuk mendesak lawan, dirasakan sangat berbahaya, sekarang gaya itu jarang dipakai dalam pertunjukan benjang. Peserta permainan benjang sampai saat ini baru dimainkan oleh kaum laki-laki terutama remaja (bujangan), tetapi bagi orang yang berusia lanjutpun diperbolehkan asal mempunyai keberanian dan hobi.

Apabila kita membandingkan perkembangan benjang zaman dahulu dengan sekarang pada prinsipnya tidak ada perbedaan yang begitu mencolok, hanya pertandingan benjang zaman dahulu, apabila pemain benjang masuk ke dalam arena biasanya suka menampilkan ibingan dengan mengenakan kain sarung sambil diiringi musik tradisional yang khas, kemudian setelah berhadapan dengan musuh mereka membuka kain sarung masing-masing, berikut pakaian yang ia pakai di atas panggung, yang tersisa hanya celana pendek saja menandakan dirinya bersih, tidak membawa suatu alat (sportif). Setelah itu, penabuh alat-alat musik benjang dengan penuh semangat membunyikan tabuhannya dengan irama Bamplang (semacam padungdung dalam irama pencak silat), maka setelah mendengar musik dimulailah pertandingan benjang, dalam pertandingan ini karena tidak ada wasit mungkin saja di antara pemain ada yang licik atau curang sehingga bisa mengakibatkan lawannya cidera. Apabila ada seorang pemain benjang posisinya sudah berada di bawah pertandingan seharusnya diberhentikan karena lawannya sudah menyerah. Namun, karena tidak ada yang memimpin pertandingan (wasit) akhirnya lawan dikunci sampai tidak bisa mengacungkan tangan yang berarti lawannya bermain curang, apabila pemain benjang yang curang itu ketahuan oleh pihak yang merasa dirugikan akan menimbulkan keributan (ricuh) terutama dari penonton, tetapi apabila pemain benjang itu bertanding dengan bersih dan sportif maka pihak yang kalah akan menerimanya walaupun mengalami cidera, sebab sebelumnya sudah mengetahui peraturan pertandingan benjang apabila salah seorang mengalami cidera tidak akan ada tuntutan. Seorang pemain benjang dinyatakan kalah setelah berada di bawah dalam posisi terlentang, melihat tanda seperti itu wasit langsung memberhentikan pertandingan dan lawan yang terlentang tadi dinyatakan kalah (sekarang). Pertandingan benjang seperti zaman dahulu sudah tidak dilakukan lagi, sebab sekarang sudah ada wasit yang memimpin pertandingan, dan dilaksanakan di atas panggung yang memakai alas semacam matras sehingga tidak begitu membahayakan pemain benjang (tukang benjang).

Sedangkan mengenai teknik dan teori benjang dari zaman dahulu sampai sekarang tetap sama tidak berubah, teknik dan teori benjang yang biasa dilaksanakan oleh tukang benjang, antara lain :

1. Nyentok (hentak) kepala
2. Ngabeulit
  • Beulit Gigir,
  • Beulit Hareup,
  • Beulit Bakung,
3. Dobelson
4. Engkel Mati
5. Angkat
6. Dengkekan
7. Hapsay(ngagebot), dan lain-lain



Dalam pertunjukan benjang di masyarakat, jumlah anggota kelompok pemain benjang berkisar antara 20 sampai 25 orang yang terdiri dari satu orang pemimpin benjang, 9 orang penabuh, dan sisanya sebagai pemain. Inti dalam grup benjang ini 15 orang yang tediri atas 9 orang penabuh, 1 pemimpin, 4 pemain, dan 1 wasit.

Walaupun benjang dikatakan sepi tetapi ada beberapa orang pemain benjang yang mencoba terjun ke dunia olahraga gulat dan mereka berhasil menjadi juara, di antaranya:

1. Adang Hakim, tahun 1967 – 1988 asal Desa Cinunuk
2. Abdul Gani, tahun 1969 – 1970 asal Desa Ciporeat
3. Emun, tahun 1974 – 1977 asal Desa Cinunuk
4. Ii, tahun 1978 – 1979 asal Desa Cinunuk
5. Taufik Ramdani 1979 – 1988 asal Desa Cinunuk
6. Asep Burhanudin tahun 2000 asal Desa Cinunuk
7. Tohidin, tahun 2000 asal Desa Cinunuk kategori anak-anak

Ada pengalaman menarik dari Adang Hakim, bahwa ia pernah dikeroyok oleh beberapa orang pemuda yang tidak dikenal, tiba-tiba mereka menyerang mempergunakan pukulan dan tendangan, Adang Hakim dengan tenang dan penuh percaya diri mampu menyelamatkan diri dengan mempergunakan teknik bantingan, sehingga pemuda tadi tidak berkutik dan yang lainnya melarikan diri takut dibanting seperti temannya. Teknik benjang yang selama ini ia geluti, ternyata bisa digunakan untuk membeladiri di alam terbuka, bukan hanya di arena pertandingan saja. Oleh kerena itu seorang pemain benjang harus selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diri kita selamat dimanapun berada dan selain itu pemain benjang harus selalu ingat pada motto benjang yaitu “jangan sombong dengan kemenangan, dan jangan sedih apabila mengalami kekalahan”.



Benjang dan Gulat

Penulis sangat tertarik sekali melihat teknik-teknik beladiri benjang yang hampir sama dengan gulat, tetapi sebenarnya antara gulat dengan benjang masing-masing mempunyai persamaan dan perbedaan, dalam gulat waktu pertandingan dibatas hanya 6 menit, diperbolehkan mengambil kaki lawan seperti gulat gaya bebas, dalam gulat sebelum bertanding diadakan penimbangan badan lebih dahulu, dipertandingkan dengan berat badan yang sama, dan lain sebagainya, gulat sudah mempunyai induk organisasi PGSI, dan dilaksanakan di atas matras.

Sedangkan dalam pertandingan benjang pelaksanaannya masih bebas, tidak ada penimbangan badan lebih dahulu asal pemain benjang (Tukang Benjang) berani menghadapi lawan yang masuk ke arena pertandingan tidak dihiraukan apakah ia badannya besar, tinggi, pendek, gemuk, dan sebagainya harus dihadapi, bahkan sebaliknya apabila ia tidak berani menghadapi lawan yang lebih besar, silakan keluar dari arena pertandingan atau mengundurkan diri (kalau zaman dahulu arena pertandingannya di atas tanah yang kering dan keras), dalam benjang tidak diperbolehkan mengambil kaki lawan tetapi boleh kaki main sama kaki dan tidak ada batas waktu sepanjang pemain benjang itu fisiknya masih kuat dan mampu mengalahkan lawan ia akan tetap berdiri di dalam arena pertandingan.

Persamaannya baik dalam benjang maupun gulat dilarang atau tidak diperbolehkan, mencolok mata, mencekik, menggigit, dan lain sebagainya yang dianggap membahayakan salah seorang pemain benjang atau gulat.

Seni beladiri tradisional Indonesia yang satu ini ternyata sampai sekarang masih ada dan tetap eksis, hanya gaungnya tidak seperti seni beladiri lain misalnya pencak silat atau beladiri asing yang saat ini semakin menjamur di mana-mana. Walaupun seni beladiri benjang belum mempunyai induk organisasi yang menjadi wadah penampungan para tokoh-tokoh benjang, tetapi ternyata sampai saat ini benjang masih hidup dan disenangi oleh masyarakat terutama masyarakat yang mencintai jenis kesenian tradisional warisan nenek moyang bangsa Indonesia ini di samping kesenian lain di Indonesia.

Sumber majalah DUEL
cerdit to Pendekar Muda Kaskus Martial Arts Forum

Petarung Pisau/Pedang : Brutal, Kelas Rendahan??

Edged weaponry adalah sesuatu yng kurang populer di indonesia, mungkin kurangnyah sosialisasi, atau juga mungkin karena akibat UU Darurat No.12 th 1955, ttg pelarangan senjata tajam.
tidak dapat dipungkiri senjata adalah atribut penjahat, like penodong, garong, preman dll, but tidak dapat dipungkiri juga senjata adalah instrument of war...
banyak pendapat, banyak yang mengelutinyah, namun ada yang memandang sinis, bahwa belajar senjata itu tidak lebih adalah untuk menjawab kekurangan n ketidak mampuan diri dalam berkiprah pada Martial Arts tangan kosong...

Atau mungkin ada yang berpendapat bahwa Edged Weapons Martial Artists adalah pemimpi yang terlalu idealis akan kejayaan para Knight, Samurai, atau Ninja?? Namun belajar beladiri bersenjata atau tidak itu merupakan hak masing2 person dg segudang alasan yng ada...

Bagaimanapun juga dg senjata akan lebih ada kemudahan, apalagi senjata tajam atau senjata2 yang panjang....

Beladiri tangan kosong adalah beladiri untuk kalangan sipil, yang lahir karena pelarangan penguasa. Jaman kuno (Jepang, China, Majapahit, Eropa dll) ada satu bentuk pelarangan terhadap senjata tertentu, karena senjata bagaimanapun juga bila diijinkan bagi orang2 sipil nantinya akan membuat chaos, pemberontakan dll.

Senjata adalah 'Arness de Mano" yang artinyah adalah perkerasan dan perpanjangan jangkauan terhadap tangan, bagi orang beginer, dipersenjatai berarti dia menjadi diatas beginer, dan ini sudah di terapkan dalam FMA ketika menghadapi invasi Spanyol, dimana para petani dipersenjatai dan bisa mengimbangi tentara spanyol saat itu, walaupun pada akhirnyah tetep sajah spanyol masuk Filipino dalam beberapa abad...

Seperti saat ini juga ada bentuk pelarangan senjata tajam dan senjata api di Indonesia, nah konteks now day bagi Beladiri adalah Beladiri Sipil, dan itu sudah menjadi terdoktrin bagi masyarakat, sehingga ada satu anggapan bahwa membawa senjata itu orang ketakutan, baru belajar beladiri, ga percaya diri dll, dan mungkin pendapat ini adalah pendapat sebagian besar masyarakat awam dan masyarakat MA tentunyah...

Konteks beladiri pertama kali adalah Martial Arts, yang berarti Science of War, dalam konteks War senjata adalah hal yang mutlak, dimana terdapat teknologi yang mengembangkan senjata itu sendiri, sehingga akhirnyah War sendiri lepas dari Martial Arts, now day konteks War adalah perang teknologi....

Konteks beladiri saat ini adalah Martial Way, nah ini kan sudah beda, bukan war/perang lagi yang diutamakan tetapi menjadi "jalan, path, atau way", dg kata lain beladiri sudah disantunkan...
dan ini sangat terlihat jelas sekali pemisahannyah dalam Beladiri jepang, dimana ada "gendai" dan "koryu" dg pemisahan pengakhiran "do" dan "jutsu", dimana setiap "do" adalah dipelajari orang sipil, dan "jutsu" tetep dipelajari militer, Dan kebetulan kita semua yang bincang2 ini adalah bukan orang2 yang punyah: Lisence to Kill, semua pembicaraan ini tentunyah masuk dalam koridor "do"/"way" sajah...

Salah satu contoh dari filem, Hunted: dimana seorang instruktur knife fighting yang selamanya ga pernah membunuh, apa yang dia punya hanyalah teory (way) dihadapkan dg muridnyah yang notabene adalah militer, dan menjadi psykopat akibat tekanan batin dalam peperangan (real action)...
pada akhirnyah dalam keadaan terdesak itu "way"/"path" bisa digunakan dalam keadaan real dg segala pergolakan dalam batinnya...

Sulit untuk berbicara ttg edged weapons sebagai bentuk aplikasi sesungguhnyah, karena kita semua adalah orang2 yang bukan militer, walaupun apa yang kita pelajari saat ini namanyah "jutsu"/"killing arts" tetep ajah itu hanyah sebagai simbol!! apa yang kita pelajari saat ini adalah tetep bagian dari "do", just the way, yang penuh romantisme dan fantasy,. Dimana pada akhirnya bagi sebagian orang, adalah sangat membuang waktu untuk belajar sesuatu yang nantinyah mereka sendiri ga tau kapan akan digunakan??

Kita kembali lagi ttg membawa senjata, dg membawa senjata sudah merupakan satu resiko untuk berurusan dg hukum, atau katakanlah membawa senjata satu gudang..berani nggak anda memakainya? tega bikin cacat orang? atau bahkan membunuh lawan anda?

Dalam pandangan budo essensi beladiri tertinggi adalah kedamaian dan cinta kasih, dimana beladiri bukan lagi sebagai instrument dari War!!, beladiri adalah Spiritual, beladiri adalah way of life dan lain-lain.

Dalam jaman yang telah banyak berubah, tidak dituntut seseorang mempertahankan hak2nyah dengan beladiri, kekuatan bukan hanya dinilai secara fisik saja, beladiri telah berubah dari militer ke sipil, beladiri bisa dipertandingkan dg damai, siapa yang terkuat tidak dibuktikan dg pertarungan hidup dan mati, yang terkuat adalah terkuat dalam peraturan2 yang ketat.

Saat ini seharusnyah yang boleh memegang senjata adalah militer, dan apa yng dipelajari di kenjutsu, knife fighting, dll itu semua adalah menu militer, untungnya militer sekarang tidak lagi hanya menggunakan senjata2 tajam saja tetapi ada senjata api, yang mempunyai teknologi lebih bagus, lebih mematikan dengan jarak janglau yang lebih jauh, masyarakat sipilpun bisa memilikinya walaupun dg segala peraturan2 yang njlimet dan uang puluhan juta rupiah. Pada akhirnya masyarakat sipil boleh memegang senjata tajam, karena senjata tajam bukan senjata utama dalam militer, namun demikian masih dalam aturan2 pemerintah yang ketat, dan hal tersebut bukan hanyaberlaku di Indonesia saja, Eropa/Amerika juga terdapat Undang-undang pelarangan terhadap senjata tajam tertentu (concleable weapon /senjata tajam tersembunyi, juga termasuk balisong) dg alasan senjata tajam membahayakan sipil
seperti jaman shogunate jepang, jaman dinasty2 china, jaman kerajaan nusantara dll.

Senjata tajam adalah menu bujutsu, Sedangkan dalam budo beladiri tangan kosong lebih diutamakan, hehe, apa berhenti sampai disitu saja, bagi pecinta edged weaponry arts? ohh nope... perkembangan edged weaponry juga ga kalah dg beladiri tangan kosong, tapi ya emang ga sebegitu populernya dg MMA (bikin iri ahh...)

Tetep dipertandingkan!! lho apa bisa?? pertandingan adalah satu hal yang sangat dibutuhkan safety untuk para pelakunya (padahal bonyok juga yah....) untuk itu tentunya segala atribut yang ada harus disesuaikan, dari edges weapons menjadi blunt weapon:

- Dalam Kendo, “Katana/Shinken” menjadi “Shinai” atau “Pedang Bambu”.

- Board Sword yang berat dan Rapier yang tajam pada Historical Fencing disesuaikan menjadi, “Sable”, “Dagen” dan “Floret” pada Modern Fencing.

- Kampilan, Pinuti, Barong, tidak boleh dipakai, yang dipertandingkan dalam Eskrima adalah Stick Fighting. Knife yang tajam, diganti pisau kayu (Sayang dalam World StickFighting Championship 2007 CDP-WF, di Kuningan - Jakarta tahun kemarin, ijin pertandingan Knife Fighting tidak dikeluarkan)

- Dalam Kenjutsu yaitu seni pedang Jepang sendiri masih dipertandingkan, begitu banyak Ryuha di Jepang, Eropa, dan belahan benua yang lain yang masih mempertandingkan bagaimana keindaan seorang “Samurai” dalam mencabut pedang, memotong tatami yang berisi bambu dalam tameshigiri.

- dan lain-lainnyah

Senjata tajam brutal?? kelas rendahan?? Silahkan disimpulkan sendiri dari tulisan ini.
Tetapi kalau itu dipakai beneran dalam real life! uwaaaaaahhh jawabnya pasti: iya!!

Pada akhirnyah semua praktisi beladiri sipil, entah yang dipelajari koryu atau military arts sekalipun, akan menjadikan semua yang dipelajari hanyah sebatas "Life Style", Sudah bukan jamannyah lagi menyelesaikan sebuah masalah dg Martial Arts. (hartcone)

Filipino Martial Arts (FMA)

Filipino Martial Arts (untuk selanjutnya akan dipakai istilah FMA) adalah satu bentukan beladiri unik, secara region kawasannyah terletak di Asia Tenggara, oleh sebab itu pengaruh beladiri Asia Tenggara seperti Pencak Silat sangat kuat (yang terkenal mematikan di dunia barat) dan karena pernah dijajah oleh Spanyol otomatis ada pengaruh ilmu pedang barat.

Ada satu miskonsepsi dari orang awam bahwa FMA adalah satu beladiri stick fighting, tapi sebenarnyah itu adalah anggapan yang salah. Kali-Arnis-Eskrima mengembangkan keahlian untuk seni bela diri dengan senjata dan seni bela diri tangan kosong dalam satu dasar keilmuan.

Semua sistem Kali-Arnis-Eskrima mengajarkan penggunaan berbagai macam senjata, keahlian bela diri tangan kosong "pangamot, suntukan, sikaran, pananjakan", keahlian bergulat dan membanting "dumog", keahlian mengigit dan mencolok mata "kino mutai' dimana secara umum itu adalah keahlian yang dibutuhkan dalam seni mempertahankan diri. dan satu lagi adalah sistem pengobatan, pemijatan, pengenalan kepada tanaman obat tradisional yang disebut sebagai "hilot".

Keahlian seni bela diri dengan menggunakan senjata dan tangan kosong diajarkan dalam metode yang saling berkaitan dan saling menunjang satu sama lainnya. Yang banyak dipakai adalah berupa tongkat tunggal (solo olisi/baston), tongkat ganda (double olisi / baston) dan pedang atau tongkat yang digunakan bersama dengan pisau (espada y daga). Sebagian sistem diketahui mengkhususkan pada cambuk dan tongkat panjang (toya).

Kata Eskrima adalah ucapan secara Filipina dari bahasa Spanyol "esgrima", dalam Inggris adalah kata "skirmish" yang berarti "perang".

Arnis adalah bagian dari kata "Arnes de Mano" yang berarti "perkerasan terhadap tangan".

Sedangkan penamaan Kali ada beberapa versi, sebagian mengatakan berasal kepada kata senjata berupa keris, atau kalis. Yang lain mengatakan berasal dari pengabungan kata "kamot" atau "kamay" yang berarti "tangan" atau "tubuh", dan lihok yang berarti "pergerakan".

Satu hal yang unik dalam beladiri filipina adalah pelajaran senjata diajarkan di awal kurikulum, ini adalah satu tradisi yang terus berlanjut dari sejarah FMA, pada awalnya adalah secara instant mencetak prajurit tempur untuk melawan invasi bangsa spanyol dan bangsa2 lainnyah...

Setelah saya masuk didalamnya ternyata ada satu hal yang menarik untuk diamati, sama seperti beladiri tangan kosong lainnya siswa akan dituntut untuk bisa lebih menguasai gerakan dengan banyak frekuensi pelatihan dalam striking, kalau belajar karete tentunya sesorang praktisi karate akan melakukan pukulan ribuan kali, dalam TKD juga demikian praktisi TKD akan melakukan ribuan kali tendangan, dalam Arnis-Eskrima seorang siswa tidak boleh bosan untuk melakukan strike dengan olisi/baston.

Di CDP CMAA sendiri ada satu tradisi memukul ban atau sandbag, satu menit untuk masing-masing tangan selama lebih dari 10 menit untuk pemanasan, dengan kaki berjinjit dan melompat-lompat, bagi yang melihat mungkin mengatakan ahh hanya begitu saja, tetapi ketika dilakukan waduhh, pegel, cape, ngos-ngsanan, forearm dan deltoid akan terasa kaku. Tanpa disadari pelatihan seperti itu nantinya akan membangun satu forearm yang kuat, yang akan dibutuhkan dalam beladiri tangan kosong, yang banyak menerapkan trap, locking dan throwing.

Ada pelatihan yang dinamakan "amara" yaitu memutar olisi/baston secara bersusulan, "sinawali" yaitu pelatihan secara berpasangan dimana dua orang praktisi akan saling memukulkan olisi/baston mereka dengan irama-irama yang tetap, pelatihan memakai senjata mempunyai kelebihan kalau tidak benar akan "nyantol" nah ini benar-benar menuntut siswa untuk membangun sensitivity dan koordinasi gerakan tangan, secara lebih terarah.

Dari kedua aspek ini, didapatkan keuntungan untuk membangun power, stamina sekaligus koordinasi gerakan dan sensitivity dalam satu paket pelatihan.

Dalam FMA ada satu korelasi antara senjata dan empty hand, konsep FMA akan memperlakukan dengan sama kedua aspek tersebut dengan sedikit penyesuaian. Senjata adalah perkerasan dan perpanjangan tangan, kalau pada akhurnya nanti senjata itu dibuang tetap ada satu kesamaan prinsip.

Di FMA dikenal "punto" dan "punyo", punto adalah ujung, punyo adalah pangkal, keduanya bisa dipakai sebagai alat serang, juga bisa diperlakukan untuk sebagai sasaran serang.
Korelasinya adalah dalam stick, punto ujung stick sebagai alat serang utama, punyo adalah bagian lebih stick yang dipegang (biasanyah disisakan 2 jari sampai satu kepal), FMA akan memperkalukan hal yang sama terhadap tangan dan kaki, dalam hal ini punto adalah kepalan dan ujung kaki sedangkan punyo adalah siku dan lutut.

Karena stick adalah blunt weapons atau senjata tumpul, kemungkinan lawan bisa graping atau memegang, maka terciptalah satu jalan penyelesaian, secara mekanik stick yang panjang tersebut bisa di "ungkit", dimana ada hukum fisika disana, maka FMA terlihat kaya akan trap dan locking, dalam konsep korelasi demikian juga perlakuan terhadap tangan dan kaki dalam anatomi tangan dan kaki akan sakit bila dipuntir, diungkit dll. itu semua dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Korelasi dengan senjata tajam, stick sendiri merupakan pelatihan terhadap senjata tajam berupa pedang medium (dipegang dengan satu tangan), barong, pinuti, keris sundang, parang dll

Dalam pisau yang relatif lebih pendek, bila cara memegangnya memakai hammer grips (cara pegang standard, ujung tajam pisau menghadap kedepan) korelasinya adalah ujung tajam pisau sebagai punto yang diperpendek, sedangkan bila cara memegangnya adalah ice-pick grip (cara pegang terbalik, ujung menghadap ke belakang) korelasinya ujung tajam pisau dipakai sebagai punyo. (hartcone)

Seni Bela Diri

Seni Bela Diri adalah sistem yang diciptakan dan dipelajari dalam suatu tradisi untuk pertarungan, dalam lingkupnya dipelajari berbagai aspek untuk beberapa macam alasan, termasuk didalamnyah ketrampilan bertarung baik dengan senjata atau tangan kosong, kebugaran tubuh, mempertahankan diri, olahraga, meditasi, membangun karakter atau kombinasi dari beberapa aspek diatas.

Karena begitu banyak peradapan dan budaya manusia yang berbeda-beda, akhirnya timbul bermacam-macam ragam aliran bela diri, masing-masing wilayah di berbagai belahan dunia mempunyai seni beladiri dengan karakter unik, dan itu menjadi pembeda satu dengan yang lainnya, tetapi hal yang sama adalah tujuan terciptanya beladiri tersebut dan sistematika dari teknik bertarung.

Ditinjau dari budaya barat, bela diri lebih populer memakai kata “martial arts”, kata ‘martial’ diambil dari nama Mars, dewa perang Romawi kuno. “martial arts” secara harafiah bisa bisa diatrikan sebagai seni perang, kata ini sudah populer di Eropa pada abad 15, yang merujuk pada seni bela diri Eropa yang kita kenal dewasa ini sebagai “historical fencing”.

Selain itu dalam tinjauan budaya barat ada pula kata “self defence”, dalam bahasa Indonesia populer sengan istilah “seni bela diri” yang berarti cara mempertahankan diri sebagai satu eksistensi yang mempunyai hak bebas berkehendak sebagai mahluk hidup dari serangan secara fisik oleh orang lain baik perorangan atau kelompok. Self defence atau seni bela diri lebih menunjukkan sisi pasif dari martial arts, dimana setelah ada aksi baru ada reaksi, ketika tidak ada aksi sama sekali otomatis akan ada dalam suatu keadaan diam atau pasif.

Bela diri sangat beragam dan luas, kebanyakan teknik alira-aliran beladiri merupakan penggabungan dari beberapa teknik seperti memfokus pada pertarungan yang lebih mengutamakan pukulan dan tendangan, mengutamakan pada bantingan atau melempar, memengutamakan pada gulat, mengutamakan pada kuncian, atau mengutamakan pada pelatihan senjata. Yang paling mudah dalam pengelompokan adalah dilihat dari penyelesaian teknik masing2 aliran, apakah itu bertarung secara berdiri (stand-up fighting) atau dengan secara bergulat/bergumul (ground fighting) dan penggabungan antara keduanya.

Beberapa aliran beladiri terutama dari Asia, juga mengajarkan cara-cara pengobatan, mempelajari tentang pengetahuan tentang hubungan tulang, dalam pencak silat di sebut sangkal putung, tusuk jarum, tusuk jari, pengobatan melalui ramuan ramuan tradisionla dan lainnya. (team admin)

Tuesday, December 25, 2007

Aktivitas Khataman di Bogor 23 Desember 2007

KHATAMAN AKBAR SENI BELADIRI SILAT "TIGA SERANGKAI" Biotrop-Bogor, 23 Desember 2007Alhamdulilllah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, khataman di Biotrop kemarin berjalan lancar dan cukup sukses. jumlah peserta khataman di Bogor kurang lebih sekitar 250an dari Cabang Jabodetabek, ( Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi ), dan pada khataman kemarin dihadiri dari Padepokan Pusat adalah Bapak Pembina (

Friday, December 21, 2007

Khataman Akbar di kota Hujan

Holla..sahabat TS smua..Ada Info terbaru Pengurus Seni Beladiri Silat TIGA SERANGKAI akan mengadakan KHATAMAN AKBAR Loh..kali ini yang menjadi tuan rumah adalah Kota Hujan alias Kota Bogor nah..3 bulan sebelumnya para panitia khataman khususnya di kota bogor sudah mempersiapkan berbagai hal guna suksesnya terselenggaranya KHATAMAN AKBAR tsb. kbarnya Bapak Pembina " Drs.Ec. Sugianto sudah berada

Sunday, July 1, 2007

Kegiatan Sosial Pengobatan Massal TS

Assalamualaikum Wr.WbPada tanggal 02 Juni 2007 SBDS Tiga Serangkai mengadakan bakti sosial dalam rangka visi dan misi seni perguruan beladiri silat ini untuk masyarakat. pada kesempatan itu hadir Mas Sugik (Bapak Drs.Ec. Sugiyanto) beserta para dewan pelatih dan Tim Pengobatan dari Bangkalan Madura. Acara tersebut dilaksanakan pada pkl. 08.00 sampai dengan Pkl.15.00 WIB bertempat di GOR Bekasi.