Thursday, February 28, 2008

Konsep "Fence" dalam Self Defense

Salam pendekar dan salam kesatria!

Pertama-tama saya ucapkan salam kenal kepada semua rekan-rekan seniman bela diri kontributor blog ini dan dalam kesempatan izinkan saya untuk berbagi sedikit teori dan teknik dengan teman-teman mengenai konsep "Fencing" atau dalam bahasa Indonesia mungkin bisa diterjemahkan sebagai "Pemagaran Diri" yang kiranya bisa bermanfaat bagi anda dalam menjalani rutinitas hari-hari di ibukota yang semakin keras dan brutal.

Teknik dan konsep ini memang suatu konsep yang sering di sebut dan dilatih umumnya dalam style seni bela diri Reality Based. Secara kuda-kuda memang ada beberapa varian, namun secara umum teknik "Fence" ini semuanya mempunyai karakteristik teknik yang sama yaitu penggunaan lengan secara "imajiner" untuk mengelabui, memposisikan diri secara defensif/ ofensif, dan alat pengukur atau tool distancing bagi pengguna "fence" tersebut untuk mempersiapkan diri secara psikis, teknik, persuasif, dan evasif.

Aplikasinya secara teknik relatif mudah di ingat dan di latih dan mengingat keadaan di jalanan hampir sebagian besar kita akan berada dalam posisi berdiri, tidak ada salahnya jika dalam latihan anda sehari-hari anda mulai bereksperimen dengan teknik-teknik tambahan, alternatif atau mungkin melatih bagaimana mengeksekusi teknik andalan anda dalam posisi ini jika seandainya anda dibawah "tekanan nyata".

Harap diperhatikan bahwa penggunaan "atemi" dalam keadaan nyata haruslah penuh pertimbangan karena di mata pihak ketiga anda tidak mau terlihat sebagai agresor namun jika keadaan memang memaksa anda untuk bergerak secara pre emptif pastikan bahwa karena semua pilihan persuasif untuk mundur atau adanya " A Clear and Immediate Danger " sudah tidak terelakkan.

Berikutnya adalah walaupun dalam video saya menganjurkan atau menyarankan menggunakan tangan terbuka sebagai intro awal anda, adapun beberapa hal yang perlu di ingat yaitu metode tangan kepal atau terbuka bisa tergantung juga pada praktisi. (Sebagai catatan saya pribadi lebih menyukai tangan terbuka sedangkan instruktur Krav Maga saya lebih prefer closed fist).

Kedua ingatlah bahwa setiap senjata atau weapon mempunyai range, posisi, target dan tempat masing-masing. Umumnya serangan tangan terbuka seperti palm heel bersifat linear, dan dalam posisi tertentu serangan ini justru kurang efektif. (Belum lagi reaksi instingtif natural manusia untuk membuat kepalan sebagai persiapan memukul ketika kesal, marah atau emosi. Sehingga menyerang dengan tangan terbuka selain juga butuh latihan, juga butuh conditioning secara fisik dan psikis)

Semoga video ini bermanfaat dalam konteks pertahanan diri anda, dan juga bisa memperkaya launching pad teknik anda untuk keadaan sehari hari dalam menghadapi suatu konfrontasi atau aksi kriminal yang suatu saat akan saya bahas lebih dalam namun secara garis besar singkatnya teknik Fence ini juga adalah salah satu tool untuk mematahkan fase Interview kejahatan yang terjadi dalam proses aksi kriminal.

Salam pendekar dan salam kesatria!





Wednesday, February 27, 2008

Sekilas Senjata Tajam Suku Baduy

Ada dua kampung di Baduy Luar yang terkenal pembuatan perkakas tajam, yaitu kampung Batu Beulah dan Cisadane. Kedua kampung ini letaknya tidak berjauhan, dan berada di sebelah Selatan Baduy (Kanekes). Tukang membuat perkakas tajam ini dinamakan Panday Beusi. Yang dibuatnya antara lain Golok, Kujang, dan Baliung. Kampung yang sangat populer goloknya yaitu dari panday beusi Batu Beulah dan Cisadane. Sejak dahulu kedua kampung yang berdekatan ini sudah terkenal buatan goloknya yang sangat hebat (karena kekuatan, ketajaman, dan pamornya). Bahkan tersebutlah nama seorang panday beusi Daenci (sekarang sudah meninggal dunia) yang terkenal karena kesaktian dan kekuatan goloknya. Kepopuleran Batu Beulah hingga kini tidak bisa dilepaskan dari nama Daenci. Anak dan cucu Daenci merupakan generasi penerus pembuat golok Daenci.


Golok atau bedog menjadi atribut sehari-hari lelaki Baduy. Ada dua macam Golok yang dibuat dan digunakan oleh orang Baduy, yaitu golok polos dan golok pamor. Golok polos dibuat dengan proses yang biasa, menggunakan besi baja bekas per pegas kendaraan bermotor yang ditempa berulang-ulang. Golok ini digunakan oleh orang Baduy untuk menebang pohon, mengambil bambu, dan keperluan lainnya. Golok Baduy yang telah diyakini kekuatannya yaitu golok yang berpamor. Golok pamor memiliki urat-urat atau motif gambar yang menyerupai urat kayu dari pangkal hingga ujung golok pada kedua permukaannya. Proses pembuatannya lebih lama dan memerlukan pencampuran besi dan baja yang khusus. Kekuatan dan ketajaman golok pamor melebihi golok polos biasa, di samping memiliki kharisma tersendiri bagi yang menyandangnya.


Golok buatan orang Baduy-Dalam berbeda dengan buatan orang Baduy-Luar. Secara jelas perbedaannya terletak pada sarangka dan perah-nya, baik yang berpamor maupun tidak. Golok terbuat dari bahan baja dan besi bekas dari per pegas kendaraan bermotor. Pembuatannya dengan cara menempa besi baja tersebut hingga pipih dan tajam dengan pemanasan api arang.


Rekahias golok diterakan pada bagian sarangka (wadah) dan perah (pegangan). Motif hiasnya berupa garis-garis yang geometris mengikuti alur dan arah sarangka dan perah tersebut, dengan menggunakan alat pisau pangot, atau pisau raut dan gergaji kecil.


Bahan untuk membuat sarangka ialah kayu Reunghas, dan perahnya dari bahan kayu duren atau kayu jenis lain yang lebih keras. Pengikat atau penguat sarangka digunakan bahan tanduk sapi atau kerbau yang telah diraut terlebih dahulu. Tanduk sapi atau kerbau kadang-kadang digunakan pula untuk perah golok (berdasarkan pesanan).


Kujang adalah alat untuk keperluan bercocok tanam di huma, misalnya untuk nyacar, ngored, dan dibuat. Benda seperti ini di daerah Sunda yang lain sering dinamakan arit. Kujang dibuat dari bahan besi dan baja yang ditempa. Alat ini disebut kujang karena berbentuk mirip kujang sebagai senjata khas Pajajaran dan kini menjadi simbol daerah Jawa Barat.


Istilah kujang ditujukan untuk bentuk seperti kujang dengan bagian bawah (tangkai)nya seperti golok , dan alat ini banyak digunakan oleh orang Baduy Dalam. Sedangkan bagi orang Baduy Luar biasanya menggunakan istilah kored (alat untuk pekerjaan ngored/membersihkan rerumputan di huma).


Baliung adalah alat untuk menebang pohon besar atau sebagai salah satu perkakas untuk membangun rumah. Di daerah lain disebut juga kapak. Gagangnya terbuat dari kayu yang agak panjang (30-35 cm). Tenaga dan daya tekan Baliung harus lebih besar daripada golok, dan karena itu dibuat dari besi baja yang lebih besar dan tebal pada bagian pangkal (yang tumpulnya).

di sunting dari :
KRIYA DAN REKAHIAS BADUY
Nanang Ganda Prawira

Tuesday, February 26, 2008

Senjata Pusaka

Bagaimana mereka penggemar cerita-cerita bela diri, pasti sudah tak asing dengan istilah senjata pusaka. Senjata pusaka adalah andalan para pendekar atau ksatria yang biasanya digunakan pada saat-saat tertentu atau dia gunakan pada saat terdesak. Senjata pusaka dianggap mempunyai "karomah" atau "berkah" yang akhirnya membedakan senjata tersebut berbeda dengan senjata biasa.

Begitu tertanamnya cerita tentang karomah senjata pusaka, sehingga akhirnya banyak yang berburu senjata pusaka ini, bahkan rela mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk mendapatkannya. Apalagi bila senjata tersebut pernah dimiliki oleh orang yang terkenal akan kesaktiannya, maka sudah dipastikan senjata tersebut akan jadi rebutan banyak orang.

Ada beberapa kisah di bawah ini yang dapat dijadikan pelajaran tentang pusaka;

kisah pertama,

Dalam kisah Naga Sasra Sabuk Inten, banyak orang yang berebut ke ke dua pusaka tersebut bahkan sampai penuh dengan pertumpahan darah karena mereka percaya siapa yang memegang pusaka tersebut akan menjadi raja, tetapi dalam akhir kisah diceritakan bahwa sia2 bagi mereka yg memperebutkan ke 2 pusaka tersebut. Sebab sipat kandil dari ke 2 pusaka tsb tersebut sudah luluh dalam diri Mas Karebet atau Joko Tingkir.

kisah kedua

Kita pernah dengar kisah Ken Arok versus mpu Gandring. Seorang pande besi terkenal dari desa Gandring yang mendapat order membuat keris. sang Empu Tewas ditikam oleh pemberi Order (Ken Arok) Karena keris yang dipesan tidak selesai tetap waktu. Disisi lain sang Empu menyumpah bahwa keris yang dibuatnya akan memakan 7 Nyawa, termasuk Ken Arok Sendiri.

Terlepas apakah sang empu ini orang sakti atau bukan, yang jelas sang Empu adalah seorange expert dalam tehnik pembuatan senjata.
Sudah tentu bahwa sang empu memiliki laku jauh lebih sempurna dari keris yang dbuatnya. kemudian Ken Arok bukan soerang expert pembuat senjata, tetapi dia expert dalam menggunakan senjata.
jelas pula bahwa Ken Arok memilik tataran kesempurnaan laku yg lebih sempurna dari keris yang dibuat oleh mpu Gandring.
Kalau kita mau melihat dari perspektip lain, insiden berdarah karena ada suatu kesepakatan yang dilanggar oleh satu diantara dua pihak. Bisa saja Sang empu tidak tepat waktu sehingga konsumenya marah dan ngamuk. atau juga bisa biayanya tidak sesuai dengan perjanjian. pokoknya disitu ada masalah yang tidak bisa diselesaikan sehingga Ken Arok nekat menghabisi sang Empu dengan keris yang dibuatnya.

Kemudian sebelum ajal sang Empu menyumpah bahwa keris yang dibuatnya akan memakan 7 nyawa termasuk nyawa Ken Arok sebagai korban kedua.
Maka pertanyaanya, yang bertuah itu kerisnya atau Sabda Sumpah nya mpu Gandring ?

Dari kedua kisah tersebut di atas, saya rasa kita bisa memahami bahwa pusaka hanyalah benda mati, sedangkan yang hidup adalah manusianya. Pusaka secara luas, bisa diartikan senjata terhebat atau ilmu/bela diri terhebat, semuanya itu benda mati. Bahkan bom nuklir yang dahsyat itu tidak akan berarti apa-apa, tanpa tombolnya ditekan oleh manusia yang hidup.

Monday, February 25, 2008

Seni Beladiri Bertongkat Secara Umum

Seni bela diri bertongkat atau yang dikenal sebagai stick fighting adalah sebutan secara umum untuk seni bela diri yang mengunakan bentuk tongkat atau stick, tumpul, senjata genggam, secara keseluruhan terbuat dari bahan kayu atau sejenis untuk keperluan pertarungan seperti toya (tongkat panjang), tongkat sebagai alat bantu para manula, stick sepanjang 40-70 cm atau yang serupa.

Beberapa teknik bisa dilakukan dengan menggunakan payung atau mungkin sebuah pedang yang masih dalam sarung, tetapi bentukan-bentukan senjata sejenis yang lebih berat dan lebih besar diameternyah seperti gada atau gada perang [[besi] diluar materi 'stick fighting' (selama tidak bisa digunakan dengan lebih lincah, karena bentukan yang lebih besar tersebut lebih ke arah impact) Meskipun berbahaya tapi ‘seni beladiri bertongkat’ bisa dimasukkan dalam olahraga yang dipertandingkan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah adanyah pemakaian pelindung badan dan kepala dalam penerapannya, seperti kendo (Seni bela diri pedang Jepang yang menggunakan pedang bambu yaitu shinai sebagai pengganti pedang tajam)

Bentukan seni beladiri bertongkat
Beberapa seni bela diri yang umum, spt Kung fu (Wushu), Pencak Silat, Aikido dll, juga memasukkan seni bela diri bertongkat dalam kurikulumnya, dalam tradisi Kerala's Kalarippayattu materi stick/senjata dari sejenis kayu adalah senagai dasar pelatihan sebelum meninjak kepada senjata yang lebih berbahaya yaitu senjata tajam.

Seni beladiri bertongkat merupakan satu sejarah panjang sebagai bagaian dari pertarungan perorangan atau sebagai pertarungan masal(perang dalam berbagai budaya masyarakat di belahan dunia, salah satu contohnyah adalah suku di daerah Ethiopia, suku Surma, suku Nyangotam dimana mereka berperang dengan telanjang dada, bahkan memakai tongkat yang diberi tali pada ujungnya.

Di Indonesia (Lombok dan Bali) ada satu bentukan seni beladiri bertongkat yang disebut ujungan/peisian dimana merupakan seni permainan ketangkasan yang dilakukan oleh dua orang jawara. Mereka saling memukulkan (menyabetkan) tongkat rotan ke arah kaki, sambil diiringi oleh tabuhan sampyong yang terdiri dari gambang dan totok (kentongan bambu). Disamping itu terdapat dua orang beboto (pemisah) yang bertugas melerai jika kedua jawara saling bergumul. Sementara penonton disekeliling membentuk kalangan (arena) dan sesekali bersorak riuh, bila ujung rotan mengena dan berhasil menjatuhkan lawan.

Dalam tradisi Eropa ada banyak variasi bentuk metode dalam seni bela diri bertongkat sebagai pertarungan tongkat pendek, dimana tertulis dalam manuscripts oleh para master, beberapa dari sistem stick fighting di eropa sudah tidak dipelajari lagi, tapi ada beberapa yang masih bertahan sampai saat ini, contohnya adalah Jogo do pau dari Portugal, Bâton Français dari Perancis. Sherma di Bastone dari Italia. Trattato teorico e pratico della scherma di bastone yang merupakan buku panduan seni beladiri bertongkat dari Giuseppe Cerri's (1854) adalah satu bentukan seni beladiri bertongkat yang banyak dipengaruhi oleh para master pedang Italia, Achille Marozzo dan juga Francesco Alfieri.

La Canne, adalah satu sistem seni bela diri bertongkat yang dipakai saat ini sebagai sistem pertandingan, bentuk ini diadaptasi dari master Pierre Vigny pada awal th 1900-an yang merupakan bagian dari kurikulum Bartitsu.

Di Amerika selama awal tahun 1900-an, praktisi anggar dan ahli seni bela diri A.C. Cunningham menciptakan satu sistem seni bela diri bertongkat yang unik, dengan media walking cane (tongkat bantu untuk orang tua) dan payung, yang ditulis dalam buku The Cane as a Weapon

Di Inggris, yang diketahui sebagai single stick(tongkay tunggal) atau cudgels, adalah salah satu yang populer pada jamannya, yaitu pada abad 18 sampai awal abad 20, dimana bentukan seni bela diri bertongkat tersebut dipertandingkan juga dalam Olimpiade, meskipun tertarik pada anggar, beberapa pelatih anggar tetap melakukan pelatihan dan mempertandingkan seni bela diri bertongkat, dan pada tahun 1980 seni bela diri bertongkat dikenalkan pada Angkatan Laut Inggris oleh Comander Locker Madden, dan seni bela diri ini pada akhirnyah banyak mempengaruhi seni bela diri di jajahan Inggris pada saat itu.

Amerika Latin juga mengenalkan seni bela diri bertongkat, seperti Juego del Garrote di Venezuela atau Palo do Brazil di Brazil.


Filipino Martial Arts (FMA)
Salah satu seni bela diri bertongkat yang sistem dan metodanya banyak dikenal di dunia, adalah Filipino Martial Arts (FMA): Kali-Eskrima-Arnis, sistem seni bela diri bertongkat dalam FMA adalah satu bentukan yang selaras dengan seni bela diritangan kosong, atau bahkan bentukan senjata tajam dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.

Selama ini banyak terjadi salah pengertian, ketika mendengar kata : Kali-Eskrima-Arnis, bayangan sebagian orang adalah hanya pelatihan seni bela diri bertongkat... Kali-Eskrima-Arnis adalah satu seni bela diri yang lengkap, stick bisa digunakan sendiri sebagai senjata tumpul, tetapi seseorang butuh keahlian dari seni bela diri bersenjata tumpul maupun tajam, dan seni bela diri tangan kosong (tendangan, tinju, kuncian, and gulat) dalam semua jarak, dg keadaan apapun (tangan kosong v senjata, senjata v senjata dll)

Panatukan/Pangamot merujuk kepada keahlian tangan Sikaran/Pananjakman memerujuk kepada keahlian tendangan Dumog merujuk kepada keahlian bergulat dan membanting lawan

bentukan tongkat yang digunakan dalam FMA disebut sebagai olisi atau baston, yang terbuat dari rotan, berdiameter 1.5 - 2.5 cm, sepanjang lengan dari bahu sampai ujung telapak tangan (70 cm)


Seni beladiri bertongkat di berbagai negara
Secara berurutan sesuai abjad:
* Modern Arnis | Arnis (Filipina)
* Bartitsu (Inggris, Swiss/Prancis dan Jepang)
* Bata (Irlandia)
* Canne de combat (Prancis)
* Bâton français (Prancis)
* Bōjutsu (Jepang|Okinawa)
* Calinda (Karibia|Trinidad)
* Dravidian martial arts (Dravidia)
* Egyptian stick fencing (Mesir)
* Eskrima (Filipina)
* Gun | toya (China)
* Hanbo (Jepang)
* Jogo do pau (Portugis)
* Jojutsu (Jepang)
* Juego del Palo (Pulau Canary)
* Kendo (Jepang)
* La canne (Prancis)
* Makila (Basque)
* Nguni stick fighting (Afrika Selatan)
* Quarterstaff (Inggris)
* Shillelagh (Irlandia)
* Silambam (Tamil)
* Society for Creative Anachronism activities
* SCA rattan weapons (Amerika Serikat)
* Tamil Martial Arts (Tamil)

source: My Kontribution in Wikipedia Indonesia

Sunday, February 24, 2008

McDojo

Pernah dengar? orang-orang sering bilang istilah ini tapi apa artinya ya? Yang jelas bukan gambar yang lezat disamping ini...

coba kita liat di urbandictionary.com:

A martial arts studio that basically spits out belts to hold the attention of its students so they can suck the money out of them.

A McDojo is when Johnny took martial arts for 5 months and got his yellow belt. Chris took martial arts for 4 weeks and got his yellow belt while being sloppy and unprepared.

Nah lo, hati-hati dengan McDojo! terkadang, sebuah dojo Karate, Silat, BJJ, etc. you name it ngiming-imingi kenaikan sabuk secara instan dengan bayaran alias 'uang pelicin' kalo dalam dunia persilatan (wae).

Belakangan banyak sekali McDojo-McDojo yang bermunculan, bahkan saya menjadi saksi mata sendiri. Bagaimana sebuah Perguruan Silat, ga enak disebut namanya, hanya dengan modal memotret seorang pendekar silat dia membuka dojo.

Wow, ini sangat menjatuhkan aliran beladiri bersangkutan, dan ini sering terjadi di kehidupan sehari-hari, dimana banyak guru2 palsu membuka dojo Karate, TKD, Kempo, etc dan menjanjikan kenaikan sabuk yang cepat. Padahal, terkadang sabuk bukanlah segalanya dalam MA, bang Bruce Lee pernah bilang satu-satunya kegunaan sabuk ialah mencegah celana melorot.

Memang sih dojo-dojo yang memang memegang prinsip mereka, tidak dengan mudah mengumbar sabuk. Hanya saja ulah oknum-oknum tertentu bisa menjatuhkan lairan beladiri tertentu dan dianggap McDojo...biasanya sih aliran beladiri yang udah kondang!

Jadi, hati-hati dengan McDojo, lihat latihannya, apakah sang guru melatih dengan serius? apakah kriteria naik tingkatnya mudah? ataukah ada 'jalan pintas'? Semua kembali pada diri kita masing-masing.

Saturday, February 23, 2008

Mata Keranjang dalam Martial Arts

Dalam kehidupan se-hari2 sering kita dapati istilah ‘mata keranjang’ dilontarkan kepada seseorang yg memiliki hobi jelalatan saat melihat cewek cuantik, mulus, bahenol dsb lewat di depan matanya. Dan tak jarang penyakit mata jelalatan ini dilengkapi pula dengan kebiasaan2 tidak senonoh lainnya yg berupa pikiran2 (imajinasi) kotor tentang betapa asoy-nya jika dia bisa berkencan dengan cewek yg di-jelalati tsb. Pada level yg paling parah, si cowok mata keranjang ini akan memburu si cewek untuk segera ditahlukkan.

Maaf, penulis tidak bermaksud untuk membahas penyakit laki2 dalam sebuah blog martial arts. Namun hanya meminjamnya sebagai analogi terhadap apa yang penulis lihat sebagai ekses dari urusan per-beladiri-an (baca: laki2) di dalam kehidupan se-hari2. Tulisan ini juga tidak dimaksudkan untuk menciderai perasaan para pelaku beladiri, siapa, aliran apa dan di manapun anda berada, namun lebih bersifat sebagai sebuah pertanyaan yg memerlukan jawaban jujur dari hati yg mulia setiap insan pebela diri.

Belajar Bela Diri dan Percaya Diri

Tak bisa dipungkiri bahwa setiap orang yg belajar bela diri memiliki motif yg beragam. Tentu saja karena kondisi setiap orang memang berbeda. Yg berbadan lemah dan sakit2an (nyindir diri sendiri) ikut latihan beladiri dengan tujuan agar menjadi lebih fit, lebih segar dan tentu saja agar lebih sehat. Yg bermental penakut (eh nyindir lagi) ingin menjadi sosok yg lebih ‘jantan’ dan ‘heroik’. Yg hobi berantem di jalanan ingin sadar dan masuk dojo agar bisa mengendalikan emosinya. Siapa tahu malah bisa menjadi juara dalam turnamen dan dapat hadiah banyak. Lumayan ketimbang babak belur di jalanan tanpa ada bayaran. Yg berprofesi sebagai petugas keamanan berlatih bela diri untuk meningkatkan profesionalisme-nya dalam bertugas. Yg banyak duit juga berlatih dan bikin dojo untuk membangun sebuah komunitas bela diri. Dst. Dst. Dsb. Semuanya tentu positif dan sangat bermanfaat. Meskipun pada kenyataanya juga ada yg ikut beladiri untuk hal2 negatif seperti (maaf) para pencuri, perampok atau bahkan ‘teroris’. Mereka mencari ilmu untuk tujuan merugikan orang lain. Tetapi, meskipun salah, mereka ini tetap dalam tujuan yg mulia, yakni mencari rejeki untuk menghidupi anak2 mereka. It’s not about martial arts, tetapi ini kembali ke urusan (perut) manusia-nya. Bela diri tak ubahnya teknolgi internet. Bisa digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan, namun sebaliknya bisa dipakai juga untuk menipu orang. Semua kembali kepada user-nya.

Pada masa2 awal seseorang mengikuti latihan bela diri, dia akan merasa semakin percaya diri ketimbang sebelum latihan. Secara psikologis ini bisa saja terjadi. Penjelasannya sangat sederhana. Karena dia sekarang merasa memiliki banyak teman, dan sebuah komunitas bela diri yg ‘dianggapnya’ akan siap membantu dirinya jika terjadi sesuatu di luar dojo. Tentu yg dimaksud adalah hal2 yg berkaitan dengan konflik social yg mungkin menimpanya. Kejadiannya agak2 mirip dengan seseorang yg keluar dari bioskop usai memutar film2 Bruce Lee, Jackie Chan, jet Lee, Donnie Yen atawa Van Damme. Dia akan keluar gedung dengan dada di-bidang2kan dengan pandangan mata siaga dan waspada seakan sedang berada dalam sebuah pertarungan di film yg baru ditontonnya. Entah ini gejala apa namanya (atau mungkin ini ada hubungannya dengan penelitian yg dilakukan oleh Ivan Petrovich Pavlov - pakar psikologi tentang perilaku manusia di tahun 1800-an). Kondisi ini mungkin bisa dimaklumi jika mengingat si ‘praktisi’ bela diri ini masih sabuk putih alias pemula. Tetapi, pride yg berlebihan terhadap aliran, dojo ataupun figur2 yg ada di tempat dia berlatih acapkali tidak disadari akan menyeret seseorang untuk berlaku berlebihan. Menganggap dojo-nya lebih bagus dibanding Dojo lainnya. Menganggap dirinya lebih kuat dibanding orang lain yg ditemuinya. Dst. Dst.

Di luar dojo, model (sikap dan perilaku) orang yg seperti ini akan menjadi selalu ‘lapar mata’ untuk berlatih bela diri. Yg dulunya menundukkan kepala karena minder, setelah beberapa bulan berlatih, akan berjalan dengan badan tegap (meskipun kerempeng) dan selalu menatap mata setiap orang yg berjalan di depannya. Tak jarang karena rasa PDOD (percaya diri overdosis)-nya, sesekali sia akan berjalan dengan gaya footwork seorang petinju (atau malah lebih mirip gaya berjalan seorang model di channel FTV). Pada tahap ini, martial arts sudah tidak lagi menjadi sebuah self defense sebagaimana awalnya dia berlatih, tetapi malah menjerumuskannya ke dalam potensi konflik saat seseorang dengan ‘pride’ yg sama berjalan berpapasan dengannya dan ter-provokasi. Pebeladiri yg terjangkiti ‘penyakit’ lapar mata ini seringkali over-reacted. Ada orang memegang dan mengelus hidung saja (karena mau buang ingus) akan diterjemahkannya sebagai sebuah tantangan. Ini akibat saking seringnya menonton film Bruce Lee yg demen bergaya ‘buang ingus’ sebelum memulai fighting. Ada orang mengangkat sedikit celana panjangnya sudah akan dianggap sebagai seseorang yg akan melakukan roundhouse kick ke arahnya. Aya2 wae!

Inilah yg penulis maksud dengan penyakit Mata Keranjang dalam martial arts. Jika seorang hidung belang selalu jelalatan dan berusaha menggaet cewek cantik untuk ditaklukkannya dalam sebuah turnamen gulat tertutup ( ....uups!), maka seseorang yg mata keranjang dalam martial arts adalah mereka yang selalu jelalatan matanya mencari lawan untuk ditaklukkan dalam duel jalanan. Bedanya, jika si hidung belang melakukannya karena tuntutan libido yang meledak-ledak, maka si petarung belang (sebutan baru nih) melakukannya demi alasan harga diri dan kehormatan yang disandang oleh perguruannya. Dalam situasi seperti ini, slogan bela diri bergeser menjadi ‘best defense is offense’

Dari Mata turun ke Tinju

Pandangan mata memang ibarat anak panah sedangkan mata sebagai busurnya. Pandangan mata yg dilesatkan ke mata orang lain tanpa tujuan yg jelas bisa diartikan sbg tantangan, yg kemudian memunculkan kalimat ADA APA LIAT LIAT ….. NANTANG? Kalau sudah begini sebuah partai MMA tanpa limitasi waktu dan aturan bakalan digelar gratis. Dalam pertarungan jalanan biasanya berlaku ‘No rule is the rule’ atau ‘anything goes’. Colok mata, tanduk kepala, tendang kemaluan atau bahkan gigit kuping ala Mike Tyson sah2 saja dilakukan, dan kemenangan hanya bisa diperoleh melalui KO atau submission tap out.. No judge decision karena tak ada wasit di sana, karena ‘ring’ hanya dijejali oleh ‘penonton’ yg bukannya mencegah konflik tetapi malah mem-provokasi ke dua pihak untuk segera memulai adegan fighting. Both fighters - Yg menang ataupun yg kalah, biasanya langsung dikirim ke RS terdekat untuk berobat sebelum mereka berurusan dengan polisi. Syukur2 tak ada cidera permanen.

Itu terjadi kalau ke dua pihak masih cukup pede dengan kemampuan ‘bela diri tangan kosong’-nya, lalu bagaimana jika mereka saling mengeluarkan senjata – baik tajam maupun tumpul? Partai NHB akan segera menjelma menjadi partai ‘stick / knife fighting’. Seorang rekan yg praktisi beladiri per-pisau-an pernah bercerita bahwa dalam sebuah pertarungan dengan senjata, yg menang ataupun kalah bakalan sama2 besar kemungkinan mendapatkan luka. Lha iya, gimana nggak?

Pesan yg ingin disampaikan dalam posting gado2 ini adalah betapa pentingnya menjunjung tinggi semangat persaudaraan di antara para pelaku beladiri pada khususnya, dan di dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya demi mewujudkan keamanan dan kenyamanan di sekitar lingkunagn kita. Janganlah kita dibutakan oleh harga diri dan kehormatan sebuah aliran. Orang akan menghormati sikap dan perilaku santun kita, bukan pada stiker yg tertempel pada kendaraan atau logo2 martial arts tertentu pada t-shirt kita.

Santun di matras. Santun di atas ring. Dan santun di dalam kehidupan bermasyarakat. Adalah sosok yang ideal. Seperti janji para petarung Muay Thai yg dikutip di bawah ini :

I will ensure that I am clean, strong and behave with honesty and integrity,
I will not bully those weaker than myself,
I will undertake good deeds to the benefit of others and be loyal to the nation,
I will avoid causing trouble of any kind,
We will be united and help one another whenever possible.

Junjung tinggi sportifitas dan semangat persaudaraan!

Tks to rekan Hartcone, saya jadi ge-er dapat undangan gabung di sini. Maklum, ada yg senyum2 di ujung sana!

Salam

Train Smart - Blog Hard!


Friday, February 22, 2008

Mengapa Saya Harus Belajar Beladiri?

Pernah tidak terlintas dalam pikiran kita, mengapa kita belajar Beladiri? Tentunya setiap orang punya alasan yang berbeda-beda, ketika saya tanyakan ke beberapa temen, jawabnya kadan ada yang lucu dan konyol. misalnyah: gara-gara maen game trus pengen seperti Howarang (teken), ada yang menjawab pengen seperti Sensei Seagal, kepincut beladiri gara-gara nonton Royce Gracie, pengen jadi pahlawan dll.

Hobby? emang bener hobby untuk menjadi yng tertinggi, ada kepuasan ketika memenangkan pertarungan, ada kepuasan dan rasa gagah ketika mengolah badan, 1000x pukulan, 1000x tendangan, keringat cape nomer sekian, yng penting klo sparring atau kompetisi paling no.1, dilihat banyak penggemar.

Cari sehat? lho cari sehat kok latihan Beladiri, cari sehat kok latihan TaiChi?? Senam Aerobik ada, Fitness Centre banyak, olahraga2 lain banyak banget, kenapa harus Beladiri yang diambil?

Pengen melestarikan budaya kuno? lha kok Kenjutsu n Iaijutsu yng dipilih? atau Pencak Silat? kenapa ga jadi pemain Kabuki? atau pemain Karawitan dan Seni Tari? klo nonton pilem2 Samurai, uwahhh mantab banget apalagi klo Samurainyah menang, sekali tepas pake iai mantep banget... keren, hebat, pengen ah menjadi seperti Samurai, pegang pedang katana yang panjang.

Dulu pernah suatu ketika ditodong, kalung, dompet, bahkan sampai cincin kawin amblas!
kemudian menyesali diri, kenapa pecundang, pengen banget jotos tuh penodong, dendam banget ga mau jadi pecundang pengen jadi sang pemenang kalau ada penodongan lagi, hingga bisa bikin si penodong 'KO', trus dibawa ke kantor polisi, wehh hebat pahlawan!! super hero!! dipuji2 banyak orang bahkan sampai masuk koran.


Sosialisasi? pengen buang waktu luang dan lain-lain dan lain-lain lagi? Pada awal belajar martial art secara tidak kita sadari ada motif untuk menjadi “the invincible”. Entah itu yang awalnya cuma untuk beladiri, kesehatan. Tetap disitu keliatan kalau dia punya mimpi untuk tidak kalah dalam menyelamatkan dirinya dari kejahatan, atau dari penyakit. Semua tujuan orang belajar Beladiri adalah keinginan akan sesuatu yang lebih dari orang lain, karena Beladiri sendiri adalah suatu Seni untuk memaksimalkan apa yang ada pada diri manusia.

Beladiri terbentuk karena ego manusia, manusia yng tidak mau kalah dg alam, tidak mau kalah oleh sesama, adanyah Spiritual dalam Beladiri adalah untuk yang satu ini, dimana karena produk akhir dari Beladiri adalah sesuatu yng tidak baik kalau tidak dikendalikan, dan itu adalah satu level dg EGO MANUSIA yang memang hanya bisa dikendalikan oleh hal yang sifatnyah doktrin yng tidak terbantahkan, yaitu dari sisi spiritual, kesadaran akan hal yng tidak bisa dikalahkan oleh manusia, yaitu sang MAHA TUNGGAL YANG TAK TERKALAHKAN!

Adalah sesuatu tidak enak lho menyerah kalah begitu saja, harus ada sesuatu yng membuat itu manusia bisa ikhlas. Kalau ada yang suka komik Kenji, halaman terakhir seri 20, sambil menatap langit kakeknya bilang ke Kenji kalau inti dari beladiri adalah cinta, ya ini jawabanyah, tepat sekali kakek itu berkata demikian dg penuh arif bijaksananyah yaitu ingin Kenji tidak tersesat, dg apa yng dia punyah, sesuatu yng sangat berbahaya, suatu yang bisa mencelakakan orang lain, bahkan bisa membunuh.

Cinta adalah perasaan manusia yng paling rapuh, suatu keadaan yng sama dg keadaan menyerah atau takluk tetapi dengan ikhlas dalam penyerahan diri.

Spiritual dengan Cinta, hanya itu yng bisa menaklukkan Seni Beladiri. Setelah ego manusia itu dikalahkan oleh hal2 yng memang tidak bisa dikalahkan, akhirnyah ada kesadaran bahwa manusia itu sebenarnyah sangatlah amat terbatas... maka timbulah suatu pemikiran bijak yang akhirnyah bisa mengendalikan ego itu sendiri, hasilnya adalah Seni Beladiri menjadi sesuatu yang indah, bisa menghasilkan suatu Falsafah tentang kehidupan tersendiri dan banyak dijadikan “lifestyle” atau “gaya hidup” oleh manusia2 didalamnyah (hartcone)